27.2.12

[Chaptered/PG -14] You're The One For Me

Tittle: You're the one for me
Author: BlackPearl
Rating: PG -14 / Straight
Cast: Kim Jongwoon (SUPER JUNIOR), Kim Shin Yeong (as you)
Genre: Romance, Drama
Length: Chaptered (Chapter 1)
Disclaimer: I don't own Kim Jongwoon character, he belong himself.

-------------------------------------------------------------------------

Aku bukanlah tipe gadis yang sempurna. Wajahku juga tidak cantik bahkan tidak populer di tempat kuliahku. Tiap hari aku lebih suka menghabiskan waktuku di perpustakaan dengan laptop kesayanganku
Penampilan sehari-hariku sangat membosankan. Hanya mengenakan celana panjang jeans, kaos, sneakers dan kacamata. Beberapa temanku bertanya kenapa tidak kau ubah style-mu? Kapan kau akan mengenakan high heels, rok mini dan sejenis tank top? Aku hanya tersenyum setiap kali mereka tersenyum seperti itu. Dalam hati aku menjawab aku hanya berpenampilan seperti itu di depan suamiku.
Yah, aku memang sudah menikah dengan seorang laki-laki yang sangat tampan dan populer di tempat kami berdua kuliah. Kami kuliah di universitas yang sama, tapi kami berbeda jurusan. Dia jurusan music and art, sedangkan aku di jurnalistik. Orang-orang tidak tahu kalau aku sudah menikah dengannya. Aku tidak ingin mereka memandangku rendah karena menikah dengan laki-laki yang tampan dan populer, sedangkan aku hanya biasa-biasa saja.
Banyak yeoja-yeoja yang mendekatinya, ia memang sering kali di kelilingi oleh yeoja-yeoja yang lebih cantik dariku. Terkadang aku cemburu melihat mereka bisa dekat dengan Yesung di kampus, tidak sepertiku yang menyembunyikan hubungan kami.
Kim Jongwoon atau lebih sering di panggil Yesung, dialah suamiku. Aku tidak pernah membayangkannya bisa menjadi suamiku.
Bagaimana aku bisa menikah dengannya? Itu karena kedua orang tua kami sudah saling kenal, bahkan mereka bersahabat. Lalu mereka berharap kami bisa menikah. Awal kami saling mengenal, aku terlihat sangat dingin. Karena aku benci melihatnya. Ia sering bergonta-ganti pacar dan selalu memamerkan kemesraan mereka di depanku. Tapi lamban laun, aku tertarik dengannya dan akhirnya kami bisa menikah.
Resiko kami harus menyembunyikan hubungan kami dari orang-orang itu sangat merepotkan. Aku tidak bisa mengetahui apakah dia sudah makan apa belum. Aku sangat khawatir kalau maag-nya kumat. Pernah suatu hari dia tidak makan sama sekali, jadi ketika aku sampai ke apartemen kamu, aku melihat ia merintih kesakitan di sofa. Sejak saat itu, aku mewajibkannya untuk membawa obatnya setiap saat.
Hari ini sangat melelahkan, aku harus segera menyelesaikan tugas akhir semesterku. Seharian ini aku berada di perpustakaan, jadi aku nggak tahu bagaimana kabarnya Yesung oppa. Aku takut kalau dia tidak makan. Karena terlalu sibuk, ia pasti lupa makan. Bahkan ini sudah jam 8 malam! oh my gawdess.
Ketika aku masuk ke apartemen, aku melihat Yesung sedang membaca buku yang tebal sambil tiduran di sofa. Wajahnya sedikit pucat.
“Kau sudah pulang” suaranya terdengar serak. Ia berbicara tanpa mengalihkan pandangan dari bukunya yang ia baca.
“Iya.”
“Bisakah kau bikinkan aku ramen? Dari tadi siang aku tidak sempat makan siang.”
Ku dekati dia sambil mengangkat salah satu alisku. “Benarkah? Pantas wajahmu sedikit pucat. Kenapa tidak makan, oppa? Apa tadi maag mu kambuh?” kuucap wajahnya. Terlihat sedikit peluh di keningku. Ku hapus peluh itu.
Ia menutup bukunya lalu menyingkirkannya. “Gwenchana, Shin-ah. Aku hanya tadi sibuk membuat gerakkan dance dan lagu untuk rehesal minggu depan bersama Eunhyuk. Tadi aku juga sudah minum obat kok. Ada untungnya juga ya kau menyuruhku membawanya setiap saat.” Ia tersenyum.
Aku mendesah. “Ya udah, sebentar, aku mau ganti baju dulu.” aku beranjak ke kamar lalu menganti bajuku dengan kaos dan hotpant. Setelah aku berganti pakaian, aku menuju dapur dan membuatkannya ramen.
Bisa ku dengar suara langkah kakinya mendekat lalu ia memelukku dari belakang dan menyandarkan dagunya di pundakku. “Kenapa lama sekali sih tadi ganti bajunya? Aku kan kangen banget. Seharian tidak ada kabar darimu membuatku gila, tahu.” Ia terdengar kesal.
Mau tidak mau aku tersenyum. “Segitunyakah oppa merindukanku?” aku tertawa pelan lalu menuangkan ramen itu ke mangkok. “Ini, makanlah.” Ku sodorkan ramennya.
“Suapin..” rengeknya sambil menunjukkan agyeo-nya. Ia seperti anak kecil.
Aku duduk di pangkuannya, sedangkan ia duduk di kursi meja makan. Ku suapin dia sampai habis. Setelah habis, ku cuci mangkoknya. Selesai mencuci, kami pergi ke ruang tengah. Ku kerjakan lagi tugas ku sementara ia kembali membaca bukunya.
Ku dengar ia menutup bukunya lalu menguap. “Kau tidak mengantuk, yeobo? Ini sudah jam 11 lho.” Ia menyandarkan kepalanya di pundakku.
Pandanganku langsung beralih ke dia dan tanganku mengucap-usap kepalanya. “Kau duluan aja, oppa. Aku masih harus mengerjakan ini.”
“Kau yakin?” ia menguap lagi.
Ku anggukkan kepalaku. “Iya, oppa. Ayo, aku antar kau ke kamar.” Aku menyingkirkan laptopku dan mengandeng tangannya ke kamar kami. Ku rebahkan tubuhnya lalu ku selimuti dia. Sebelum meninggalkannya, ku kecup keningnya.
Aku kembali ke ruang tengah dan kembali mengerjakan tugasku. Kalau tidak karena deadline tugas itu 3 hari lagi, pasti sekarang aku sudah tidur di dalam pelukkannya.
Ah, aku sangat merindukan sentuhannya. Aku terlalu sibuk dengan tugasku hingga aku jarang bersamanya. Bahkan aku hampir tidak memliki waktu untuk bersamanya.
Ku renggangkan tubuhku yang pegal-pegal dan memukul-mukul pelan tengkukku yang kaku. Capek sekali hari ini. Ku rebahkan kepalaku di meja dan menutup mataku. Berharap paling tidak aku bisa tidur 5 menit.
***
Ketika aku terbangun, aku merasa sangat nyaman. Ada sepasang lengan yang memeluk pinggangku. Kurasakan ada sesuatu yang menyentuh kepalaku, apa itu dagu seseorang?
Saat ku buka mataku, aku melihat wajah polosnya Yesung sedang tertidur. Pasti semalam saat aku tertidur, ia memindahkanku ke sini. Ia selalu bangun di tengah malam, tidak peduli ia baru saja tidur 5 menit.
Aku tidak tahan untuk tidak menyentuh wajahnya yang imut itu. Ia menggeliat ketika ku sentuh bibirnya yang mungil. Ia langsung menggulum jariku. Aku terkekeh pelan
“Apakah kau lapar, oppa? Sampai kau memakan jariku.”
Yesung melepaskan jariku dari mulutnya. “Iya, aku lapar sekali. Sampai-sampai kau hampir ku makan.” Wajahnya terlihat sangat menyeramkan. Aku langsung tertawa.
Tanpa aba-aba, aku langsung melepaskan pelukkannya lalu berdiri. Gerakkan itu hampir membuat Yesung jatuh. Aku tertawa.
Ia memajukan mulutnya, tanda ia kesal. Ku cubit pipinya karena gemas.
“Morning kiss?” rengeknya seperti bayi.
Ku kecup bibirnya, tapi tiba-tiba ia menahan tengkukku sehingga aku tidak dapat melepaskan diri.
Gawdess, aku sudah hampir ke habisan napas. Ku remas bahunya dan ia mengerti maksudku. Ia melepaskan ciumannya lalu nyengir. Aku segera melihat ke arah jam di meja kecil dekat kasur. Jam 07:30. Oh tidak, aku terlambat. Aku segera masuk ke kamar mandi. Yesung yang melihatku terburu-buru hanya terkekeh.
***
“Kau terlihat pucat dan bajumu basah semua. Shin-ah gwenchana?” tanya Yesung ketika aku baru saja sampai di apartemen. Karena aku tadi lupa membawa payung, jadi terpaksa aku harus berhujan-hujanan.
Yesung langsung menangkapku ketika aku hampir saja jatuh. Ia langsung menggendongku ke kamar dan merebahkan ku.
Ia menempelkan dahinya ke dahiku. Aku bisa merasakan napasnya di bibirku. “Kau demam. Akan ku gantikan pakaianmu yang lebih hangat” ia langsung mengambil kaosnya dan celana pendekku. Ia melepaskan kemejaku dan celanaku dan memakaikan kaos dan celena pendek.
Yesung langsung pergi meninggalkanku dan saat ia kembali, ia membawa sebuah baskom dan handuk kecil. ia menaruhnya di meja kecil dekat kasur. Yesung memeras handuk yang basah setela dia merendamnya sedikit di baskom lalu meletakkan di dahiku.
“Akan ku pesankan bubur untukmu ya, yeobo”
Ku tarik tangannya saat ia akan beranjak pergi. “Nggak... usa-h. Aku hanya.. ingin makan makananmu. Bisakah kau yang membikinkannya?”
Ia menatapku horor. “Kau yakin, yeobo? sakit mu bisa lebih parah lagi
aku menganguk. “Oppa pasti bisa. Kau tidak akan pernah mau melihatku sakit, aku yakin oppa tidak akan membuatku bertambah sakit.
Baiklah.. akan ku masakkan untukmu.” sebelum ia beranjak meninggalkanku, ia meletakkan termometer di mulutku lalu meninggalkanku.
Badan ku terasa sangat dingin. Aku memang gampang terkena sakit jika hujan-hujanan seperti tadi. Tapi aku nekat, karena aku mengkhawatirkan Yesung. Hari ini ia benar-benar di sibukkan oleh rehesalnya sampai ia lupa makan. Bahkan dari semalam ia tidak makan.
Ku rapatkan selimut agar lebih hangat. Aku meringkuk di dalam selimut. Ketika ia kembali sambil membawakan bubur dan segelas teh hangat, ia segera membantuku bersandar di headboard kasur kami dan ia mengambil termometer itu.
Ia menyuapkan sedikit demi sedikit dengan penuh rasa sabar. Ketika aku mengatakan sudah kenyang, ia berusaha untuk aku tetap memakannya, ia beralasan kamu makan cuma sedikit, nanti sakitmu tambah parah gimana? Pelan-pelan aja ya makannya. Ya Tuhan, bolehkah aku bahagia dengan semua ini? Aku sangat mencintainya.
-To Be Continued-

[Chaptered/PG -14] You're The One For Me

Tittle: You're the one for me
Author: BlackPearl
Rating: PG -14 / Straight
Cast: Kim Jongwoon (SUPER JUNIOR), Kim Shin Yeong (as you)
Genre: Romance, Drama
Length: Chaptered (Chapter 1)
Disclaimer: I don't own Kim Jongwoon character, he belong himself.

-------------------------------------------------------------------------

Aku bukanlah tipe gadis yang sempurna. Wajahku juga tidak cantik bahkan tidak populer di tempat kuliahku. Tiap hari aku lebih suka menghabiskan waktuku di perpustakaan dengan laptop kesayanganku
Penampilan sehari-hariku sangat membosankan. Hanya mengenakan celana panjang jeans, kaos, sneakers dan kacamata. Beberapa temanku bertanya kenapa tidak kau ubah style-mu? Kapan kau akan mengenakan high heels, rok mini dan sejenis tank top? Aku hanya tersenyum setiap kali mereka tersenyum seperti itu. Dalam hati aku menjawab aku hanya berpenampilan seperti itu di depan suamiku.
Yah, aku memang sudah menikah dengan seorang laki-laki yang sangat tampan dan populer di tempat kami berdua kuliah. Kami kuliah di universitas yang sama, tapi kami berbeda jurusan. Dia jurusan music and art, sedangkan aku di jurnalistik. Orang-orang tidak tahu kalau aku sudah menikah dengannya. Aku tidak ingin mereka memandangku rendah karena menikah dengan laki-laki yang tampan dan populer, sedangkan aku hanya biasa-biasa saja.
Banyak yeoja-yeoja yang mendekatinya, ia memang sering kali di kelilingi oleh yeoja-yeoja yang lebih cantik dariku. Terkadang aku cemburu melihat mereka bisa dekat dengan Yesung di kampus, tidak sepertiku yang menyembunyikan hubungan kami.
Kim Jongwoon atau lebih sering di panggil Yesung, dialah suamiku. Aku tidak pernah membayangkannya bisa menjadi suamiku.
Bagaimana aku bisa menikah dengannya? Itu karena kedua orang tua kami sudah saling kenal, bahkan mereka bersahabat. Lalu mereka berharap kami bisa menikah. Awal kami saling mengenal, aku terlihat sangat dingin. Karena aku benci melihatnya. Ia sering bergonta-ganti pacar dan selalu memamerkan kemesraan mereka di depanku. Tapi lamban laun, aku tertarik dengannya dan akhirnya kami bisa menikah.
Resiko kami harus menyembunyikan hubungan kami dari orang-orang itu sangat merepotkan. Aku tidak bisa mengetahui apakah dia sudah makan apa belum. Aku sangat khawatir kalau maag-nya kumat. Pernah suatu hari dia tidak makan sama sekali, jadi ketika aku sampai ke apartemen kamu, aku melihat ia merintih kesakitan di sofa. Sejak saat itu, aku mewajibkannya untuk membawa obatnya setiap saat.
Hari ini sangat melelahkan, aku harus segera menyelesaikan tugas akhir semesterku. Seharian ini aku berada di perpustakaan, jadi aku nggak tahu bagaimana kabarnya Yesung oppa. Aku takut kalau dia tidak makan. Karena terlalu sibuk, ia pasti lupa makan. Bahkan ini sudah jam 8 malam! oh my gawdess.
Ketika aku masuk ke apartemen, aku melihat Yesung sedang membaca buku yang tebal sambil tiduran di sofa. Wajahnya sedikit pucat.
“Kau sudah pulang” suaranya terdengar serak. Ia berbicara tanpa mengalihkan pandangan dari bukunya yang ia baca.
“Iya.”
“Bisakah kau bikinkan aku ramen? Dari tadi siang aku tidak sempat makan siang.”
Ku dekati dia sambil mengangkat salah satu alisku. “Benarkah? Pantas wajahmu sedikit pucat. Kenapa tidak makan, oppa? Apa tadi maag mu kambuh?” kuucap wajahnya. Terlihat sedikit peluh di keningku. Ku hapus peluh itu.
Ia menutup bukunya lalu menyingkirkannya. “Gwenchana, Shin-ah. Aku hanya tadi sibuk membuat gerakkan dance dan lagu untuk rehesal minggu depan bersama Eunhyuk. Tadi aku juga sudah minum obat kok. Ada untungnya juga ya kau menyuruhku membawanya setiap saat.” Ia tersenyum.
Aku mendesah. “Ya udah, sebentar, aku mau ganti baju dulu.” aku beranjak ke kamar lalu menganti bajuku dengan kaos dan hotpant. Setelah aku berganti pakaian, aku menuju dapur dan membuatkannya ramen.
Bisa ku dengar suara langkah kakinya mendekat lalu ia memelukku dari belakang dan menyandarkan dagunya di pundakku. “Kenapa lama sekali sih tadi ganti bajunya? Aku kan kangen banget. Seharian tidak ada kabar darimu membuatku gila, tahu.” Ia terdengar kesal.
Mau tidak mau aku tersenyum. “Segitunyakah oppa merindukanku?” aku tertawa pelan lalu menuangkan ramen itu ke mangkok. “Ini, makanlah.” Ku sodorkan ramennya.
“Suapin..” rengeknya sambil menunjukkan agyeo-nya. Ia seperti anak kecil.
Aku duduk di pangkuannya, sedangkan ia duduk di kursi meja makan. Ku suapin dia sampai habis. Setelah habis, ku cuci mangkoknya. Selesai mencuci, kami pergi ke ruang tengah. Ku kerjakan lagi tugas ku sementara ia kembali membaca bukunya.
Ku dengar ia menutup bukunya lalu menguap. “Kau tidak mengantuk, yeobo? Ini sudah jam 11 lho.” Ia menyandarkan kepalanya di pundakku.
Pandanganku langsung beralih ke dia dan tanganku mengucap-usap kepalanya. “Kau duluan aja, oppa. Aku masih harus mengerjakan ini.”
“Kau yakin?” ia menguap lagi.
Ku anggukkan kepalaku. “Iya, oppa. Ayo, aku antar kau ke kamar.” Aku menyingkirkan laptopku dan mengandeng tangannya ke kamar kami. Ku rebahkan tubuhnya lalu ku selimuti dia. Sebelum meninggalkannya, ku kecup keningnya.
Aku kembali ke ruang tengah dan kembali mengerjakan tugasku. Kalau tidak karena deadline tugas itu 3 hari lagi, pasti sekarang aku sudah tidur di dalam pelukkannya.
Ah, aku sangat merindukan sentuhannya. Aku terlalu sibuk dengan tugasku hingga aku jarang bersamanya. Bahkan aku hampir tidak memliki waktu untuk bersamanya.
Ku renggangkan tubuhku yang pegal-pegal dan memukul-mukul pelan tengkukku yang kaku. Capek sekali hari ini. Ku rebahkan kepalaku di meja dan menutup mataku. Berharap paling tidak aku bisa tidur 5 menit.
***
Ketika aku terbangun, aku merasa sangat nyaman. Ada sepasang lengan yang memeluk pinggangku. Kurasakan ada sesuatu yang menyentuh kepalaku, apa itu dagu seseorang?
Saat ku buka mataku, aku melihat wajah polosnya Yesung sedang tertidur. Pasti semalam saat aku tertidur, ia memindahkanku ke sini. Ia selalu bangun di tengah malam, tidak peduli ia baru saja tidur 5 menit.
Aku tidak tahan untuk tidak menyentuh wajahnya yang imut itu. Ia menggeliat ketika ku sentuh bibirnya yang mungil. Ia langsung menggulum jariku. Aku terkekeh pelan
“Apakah kau lapar, oppa? Sampai kau memakan jariku.”
Yesung melepaskan jariku dari mulutnya. “Iya, aku lapar sekali. Sampai-sampai kau hampir ku makan.” Wajahnya terlihat sangat menyeramkan. Aku langsung tertawa.
Tanpa aba-aba, aku langsung melepaskan pelukkannya lalu berdiri. Gerakkan itu hampir membuat Yesung jatuh. Aku tertawa.
Ia memajukan mulutnya, tanda ia kesal. Ku cubit pipinya karena gemas.
“Morning kiss?” rengeknya seperti bayi.
Ku kecup bibirnya, tapi tiba-tiba ia menahan tengkukku sehingga aku tidak dapat melepaskan diri.
Gawdess, aku sudah hampir ke habisan napas. Ku remas bahunya dan ia mengerti maksudku. Ia melepaskan ciumannya lalu nyengir. Aku segera melihat ke arah jam di meja kecil dekat kasur. Jam 07:30. Oh tidak, aku terlambat. Aku segera masuk ke kamar mandi. Yesung yang melihatku terburu-buru hanya terkekeh.
***
“Kau terlihat pucat dan bajumu basah semua. Shin-ah gwenchana?” tanya Yesung ketika aku baru saja sampai di apartemen. Karena aku tadi lupa membawa payung, jadi terpaksa aku harus berhujan-hujanan.
Yesung langsung menangkapku ketika aku hampir saja jatuh. Ia langsung menggendongku ke kamar dan merebahkan ku.
Ia menempelkan dahinya ke dahiku. Aku bisa merasakan napasnya di bibirku. “Kau demam. Akan ku gantikan pakaianmu yang lebih hangat” ia langsung mengambil kaosnya dan celana pendekku. Ia melepaskan kemejaku dan celanaku dan memakaikan kaos dan celena pendek.
Yesung langsung pergi meninggalkanku dan saat ia kembali, ia membawa sebuah baskom dan handuk kecil. ia menaruhnya di meja kecil dekat kasur. Yesung memeras handuk yang basah setela dia merendamnya sedikit di baskom lalu meletakkan di dahiku.
“Akan ku pesankan bubur untukmu ya, yeobo”
Ku tarik tangannya saat ia akan beranjak pergi. “Nggak... usa-h. Aku hanya.. ingin makan makananmu. Bisakah kau yang membikinkannya?”
Ia menatapku horor. “Kau yakin, yeobo? sakit mu bisa lebih parah lagi
aku menganguk. “Oppa pasti bisa. Kau tidak akan pernah mau melihatku sakit, aku yakin oppa tidak akan membuatku bertambah sakit.
Baiklah.. akan ku masakkan untukmu.” sebelum ia beranjak meninggalkanku, ia meletakkan termometer di mulutku lalu meninggalkanku.
Badan ku terasa sangat dingin. Aku memang gampang terkena sakit jika hujan-hujanan seperti tadi. Tapi aku nekat, karena aku mengkhawatirkan Yesung. Hari ini ia benar-benar di sibukkan oleh rehesalnya sampai ia lupa makan. Bahkan dari semalam ia tidak makan.
Ku rapatkan selimut agar lebih hangat. Aku meringkuk di dalam selimut. Ketika ia kembali sambil membawakan bubur dan segelas teh hangat, ia segera membantuku bersandar di headboard kasur kami dan ia mengambil termometer itu.
Ia menyuapkan sedikit demi sedikit dengan penuh rasa sabar. Ketika aku mengatakan sudah kenyang, ia berusaha untuk aku tetap memakannya, ia beralasan kamu makan cuma sedikit, nanti sakitmu tambah parah gimana? Pelan-pelan aja ya makannya. Ya Tuhan, bolehkah aku bahagia dengan semua ini? Aku sangat mencintainya.
-To Be Continued-