14.3.12

[Oneshoot/PG -13] You Aren't My Destiny

Tittle: You aren't my destiny
Author: BlackPearl
Rating: PG -13/ Straight
Cast: Lee Donghae (Super Junior), Tifanny Hwang (Girls' Generation), Girls' Generation Members, Super Junior Members, Suzy (Miss A) cameo
Length: OneShoot
Genre: Love, Hurt
Disclaimer: I don't have Lee Donghae, Tifanny Hwang, Girls's Generation. Super Junior and Suzy's characters, they belong themselves. Sorry for the typo
--------------------------------------------------------------------------------------------
Langit berubah warna menjadi merah pucat. matahari tampak terbenam dari ujung laut. Pasir berubah warna menjadi abu-abu. Sekarang hanya terdengar deburan ombak yang sangat nenenangkan untuk di dengar.
Sepasang tangan masih melingkar sempurna di sekitar pinggangku. Angin berhembus ringan membuat rambutku yang berombak ikut terbawa hembusan itu. Ujung Summer dress-ku yang berwarna pink berkibar lembut.
Kami menyaksikan matahari terbenam dengan tenang. Senyum masih terukir di wajah kami. Sambil menutup mata kami, kami menikmati suasana yang menenangkan itu.
“Oppa..” panggilku.
“Hmm...”
“Pulang yuk, udah mau malem gini.”
Donghae melepaskan pelukkannya lalu ia merangkul pinggangku. “Ne, kajja.” Ia menyeretku, tanganku menjinjing flat shoes berwarna putih dengan pita di tengahnya. Kaki ku yang telanjang merasakan lembutnya pasir pantai. Ia menuntunku masuk ke dalam mobilnya.
Tempat favorite kami memang di pantai, apalagi sambil melihat matahari terbenam. Ah, tidak ada tempat yang lebih enak untuk menghabiskan waktu berdua bersama namjachingu-ku yang paling tampan.
Walaupun begitu, kami jarang sekali bisa bertemu. Kami cuma bisa bertemu saat hari-hari libur seperti ini atau kalau kebetulan sedang ada di ruang latihan. Kesibukkan kami berdua sebagai penyanyi memang menyusahkan. Bahkan kalau salah satu dari kami sedang tidak sibuk, pasti akan di backstage. Misalnya saat Super Junior harus menghadiri sebuah acara, aku pasti menunggunya di backstage.
Kami berdua merahasiakan hubungan kami dari wartawan. Hanya sesama artislah yang tahu tentang kami. Menyusahkan juga memang harus seperti ini. Bahkan ini sudah hampir 2 tahun kami menjalani hubungan.
Begitu sampai, ia mengantarku ke dorm sampai di depan pintu.
“Gomawo, oppa. Hari ini aku seneng banget.” Ujarku gembira. Bagaimana nggak senang, seharian ini aku pergi dengannya. Jarang banget kami bisa seperti ini. Apa lagi mengingat hari ini tepat 2 tahun kami berpacaran.
“Ne, cheonmaneyo. Happy 2nd anniversary, my Tiffany.” Ia langsung memelukku. Salah satu tangannya berada di kepalaku.
“Ahh..” gumamku. “Happy 2nd anniversary too, my Hae. Thanks for give me your attention and affection. I wouldn’t doubt about you now. You was born to be my destiny”
“YA! Kau bicara apa? Aku tidak mengerti.” Ia langsung memundurkan badannya sedikit dan memperlihatkan wajahnya yang kesal.
“Kkk, mianhae, oppa. Ya udah, aku masuk dulu. oppa habis ini langsung istirahat ya. Bye..”
“Ne..” ia mengecup keningku lalu pergi. Ku tatap punggungnya ketika meninggalkanku sampai ia masuk ke dalam lift.
Aku masuk ke dalam dorm. “Anyeong.”
“Ahh, Fany unnie, kau sudah pulang.” Sapa Seohyun begitu ia melihatku di depan pintu sambil mengganti sepatuku dengan sandal rumahku.
“Ne, Joohyun.” Balasku. “Kelihatannya dorm sedang sepi. Yang lainnya kemana?”
“Biasalah, unniedeul sedang menikmati hari liburnya bersama namjachingu mereka. Sementara Hyoyeon unnie pergi ke dorm suju karena Eunhyuk oppa sedang sakit.” Seohyun langsung masuk ke dapur.
Ku ikuti dia masuk kedalam dapur. “Kau tidak pergi dengan Yesung oppa, Joohyun?”
Raut wajah Seohyun langsung berubah. “Oppa sedang nge-DJ di sukira menggantikan Eunhyuk oppa. Tadinya kami mau rencana pergi bersama.” Ku rangkul bahu Seohyun.
“Aah, gwenchanayo, Joohyun. Kenapa kau tidak ke Sukira aja. Aku yakin Taeyeon di sana nemenin Leeteuk oppa.”
Seohyun mendesah sedih. “Yesung oppa nggak ngijini aku kesana. Katanya takut aku kecapekkan atau gimana. Ya udah, aku di..” tiba-tiba ponsel Seohyun berdering. Ia langsung mengambilnya dari saku celananya dan menatap layar ponselnya. “Yesung oppa!” jerit tertahan Seohyun
“Yeoboseyo... ah, Yesung oppa” Ia langsung keluar dari dapur.
Aku hanya menggelengkan kepalaku melihat tingkah Joohyun. Sepertinya tidak ada yang bisa ku lakukan disini. Batinku. Aku langsung pergi ke kamarku dan mengganti bajuku.
Saat aku akan mengganti pakaianku, ponselku berdering. My Hae. Segera ku angkat telpon dari Donghae oppa.
“Yeoboseyo, oppa.” Sapaku.
Sedang apa, jagiya?” tanya Donghae.
Aku duduk di pinggiran kasurku. “Mau ganti baju. Oppa sudah sampai di dorm?”
Ne, baru saja. Di sini juga ada Hyo lagi sama Hyuki.
“Ah..” gumamku. “Aku sudah tahu kok oppa. Tolong sampaikan ke Hyuki oppa ‘semoga cepat sembuh’ dan bilang ke Hyo kalau nanti pulangnya jangan malam-malam.”
Ne, jagiya. Tapi sepertinya aku nggak bisa menyampaikan pesanmu ke Hyo sekarang deh.
“Wae?”
Dia dari tadi marah-marah karena Hyuki sakit. Hyuki kecapekkan jadinya ia sakit deh sekarang. Dari kemaren dia sibuk banget, jadinya nggak bisa jaga kesehatannya.” Ia berhenti bicara ketika mendengar Hyoyeon berteriak ‘Oppa babo! Kesehatan tu jauh lebih penting!’ “Kau dengar sendiri kan, jagi?
Aku tertawa. “Ara.. ya udah, nggak usah bilang ke Hyo aja.”
Ia ikut tertawa. “Ne. Ya udah, istirahat ya, jagi. Jangan tidur malem-malem. Saranghae, Jagiya.
“Nado oppa..” ku matikan ponselku lalu mengganti bajuku. Setelah selesai menganti bajuku, aku langsung tidur
***
Sudah beberapa minggu ini Donghae oppa nggak ada kabar. Bahkan ketika aku mampir ke dorm Suju, mereka bilang Donghae pergi dan mereka nggak tau dia pergi kemana.
Entah sudah berapa lama aku berdiri di depan jendela. Sesekali aku menghela napas berat sambil sesekali melirik ponselku yang tergeletak di meja kecil. Tampak wajah Donghae dan aku di layar ponselku.
Sudah banyak pesan ku kirim untuknya, tapi nggak pernah satupun di balasnya. Berkali-kali aku menghubungi, tapi nggak di angkat juga. Aku juga nggak pernah lihat dia berlatih bersama oppadeul, tapi aku pasti melihatnya saat mereka tampil di sebuah acara.
“Fany-ah, gwenchana?” tanya seseorang di belakangku.
Ku anggukkan kepalaku pelan. “Ne, Tae. Nan gwenchana.”
“You sure?” tanya Jessica.
“Yes, I’m sure. Why?”
Jessica membalikkan badanku. “Don’t lie to me. Tell us what the matter!”
“I’m alright. Perfectly” sergahku.
“YA! Tifanny Hwang, aku tau pasti ada yang nggak beres.” Sahut Hyoyeon. “Aku tau kalau ini ada hubungannya dengan Donghae kan? Kamu sering ke dorm Suju dan nanyain tentang Donghae. Si Monyet yang bilang ke aku.”
Mau tak mau aku menghela napas berat. Mataku terasa panas dan ada sesuatu yang menggenang disana.
“Ya udah, kita nanti samperin aja ke KBS,” saran Taeyeon. “Aku dengar mereka akan tampil disana malam ini juga.”
“Jinja?” tanyaku tidak percaya. “Kalau dia tiba-tiba nggak ada disana?”
Taeyeon menggeleng kepala sambil menggerakkan telunjuknya ke kanan dan kiri. “Nggak mungkin. Firasatku bilang dia pasti ada disana, kita bikin kejutan di backstage waktu mereka selesai. Katanyakan begitu mereka selesai tampi, Donghae oppa pasti langsung pergi entah kemana, kan? Kita minta bantuan dari oppadeul biar Donghae nggak langsung pergi kemana gitu.”
“Ah, ide bagus tu.” Seru Jessica. “Mending kamu aja Tae, bilang ke Eeteuk oppa tentang rencana ini. Aku yakin dia pasti setuju.”
Tanpa basa-basi lagi, Taeyeon mengambil ponselnya dan menelpon Leeteuk oppa yang aku yakin dia pasti sedang siap-siap ke KBS.
“Ayo, kita siap-siap.” Ajak Seohyun yang dari tadi hanya diam mendengarkan.
Aku segera mengganti pakaianku dan begitu selesai segera keluar. Aku bisa melihat semuanya sudah bersiap-siap.
“Kajja, kita langsung berangkat sekarang.” Kata Taeyeon.
“Ne,” ucap kami berdelapan serempak.
Kami berangkat mengunakan mini bus yang biasanya kami gunakan untuk berpergian bersama-sama. Di dalam mini bus, aku memperhatikan keluar jendela yang gelap. Seohyun yang dari tadi di sebelahku hanya bisa diam melihat tingkah ku yang hanya diam.
Ketika sampai, kami langsung ke backstage. Kami telusuri lorong menuju ruang ganti Suju. Ketika kami masuk, tidak ada seorangpun selain manager Suju. Dia bilang kalau Suju sedang tampil. Jadinya kami menunggu mereka dengan sabar dan melihat mereka tampil dari Tv yang ada di ruangan ini.
Air mataku menggenang lagi ketika aku melihat Donghae oppa sedang tampil dengan sebuah senyum terlukis indah di wajahnya. Aku sangat merindukan senyum itu.
Akhirnya mereka selesai tampil, aku mendengar suara gelak tawa dari luar dan pintu terbuka. Mereka masuk dengan ekspresi terkejut, padahal mereka tau kalau kami akan ke sini.
“YA! Cepat banget kalian datang.” Kata Yesung.
Seohyun maju selangkah dari belakangku. “Kau tidak ingin segera bertemu denganku, oppa? Baiklah, aku akan pulang sekarang.”
“Emm.. bukan begitu maksudku, jagiya.” Yesung jadi salah tingkah. Kami semua tertawa melihatnya salah tingkah, kecuali aku yang hanya diam.
“Emm.. oppadeul..” panggilku pelan. “Donghae oppa?”
Leeteuk menatapku dengan bersalah. “Mianhae, Fany-ah. Begitu kami selesai, dia langsung hilang begitu aja.”
Aku menghela napas berat. “Ah, gwenchanayo, Eeteuk oppa.” Ku pasang senyum. Aku bisa merasakan kalau senyumku terlihat hambar. “Aku mau ke toilet dulu.”
“Aku temani ya?” tanya Taeyeon. Bisa ku rasakan ia juga merasa bersalah, karena semua ini kan idenya dia.
Aku tersenyum kecil dan menggeleng. “Nggak usah, aku bisa sendiri kok. Kalian di sini aja. Kalau ada apa-apa aku bakal nelpon kalian atau gimana.” Tanpa menunggu respon mereka, aku langsung pergi. Oppadeul langsung menyingkir ketika aku akan keluar. Tiba-tiba aku ingat sesuatu, jadi aku membalikkan badanku. “Gomawoyo, kalian semua mau bantu aku.” Aku langsung berbalik pergi ke toilet.
Beberapa kali aku menghela napas saat berjalan ke toilet. Dan tidak segaja, aku mendengar suara jerit manja dari seorang yeoja.
“Oppa... appo!” jerit manja dari yeoja itu.
“Tapi suka kan?” balas dari suara seorang namja.
Tunggu, suara namja itu. Jangan-jangan...
Ku ikuti datangnya suara itu. Aku berlari-lari kecil dan dalam hati berharap kalau suara namja yang ku dengar tadi bukanlah Donghae oppa.
Ketika aku sudah dekat dengan asal suara itu, aku berbelok di suatu lorong dan melihat Donghae oppa sedang memeluk pinggang seorang yeoja yang ku kenal namanya Min, dia salah personil satu girlband Miss A.
Aku masih antara percaya dan tidak dengan apa yang aku lihat. Bahkan aku jadi bertambah shock melihat mereka berciuman.
“Donghae oppa...” Bisikku sambil menutup mulut ku dengan kedua tanganku. Aku langsung membalikkan badanku dan menggeser badanku lalu bersandar di tembok.
“Selama ini aku percaya denganmu, oppa. Kenapa kau bisa setega ini denganku?” bisikku. Aku langsung mengambil ponselku dari satu dan mengetik sebuah pesan untuk Taeyeon agar ia bisa kemari.
Beberapa menit setelah aku mengirim pesan ke Taeyeon, dia datang bersama Suju dan SNSD yang lainnya.
“Gwenchana fany-ah? Kau kenapa?” tanya Taeyeon yang langsung memelukku.
Aku tidak bisa menahan air mataku lagi. “Donghae oppa...”
“Waeyo?” tanya Siwon dengan khawatir.
“Bisakah kita pulang sekarang? Aku capek.” Pintaku disela tangis tertahanku.
Walaupun mereka bingung, tapi mereka menuruti kemauanku. Kami langsung keluar, tapi sebelum keluar, mereka berhenti dan menoleh. Mereka melihat apa yang aku lihat.
Mereka semua hanya menghela napas kecewa melihat apa yang Donghae lakukan. Kali ini mereka mengerti kenapa aku minta pulang. Kami langsung pergi ke luar dan naik ke mini bus.
Di dalam mini bus, tak henti-hentinya aku menangis di dalam pelukkan Taeyeon. Beberapa member Suju ikut di dalam mini bus kami. Tampak di wajah mereka kalau mereka khawatir dan kecewa. Entahlah, aku tidak memperhatikannya karena aku terus saja menangis.
Ketika kami sampai, semua member Suju ikut mengantar kami sampai ke dorm. Bahkan mereka juga ikut masuk ke dalam dorm kami.
“Oppadeul tidak capek? Kalau capek kalian kembali ke dorm kalian aja. Aku jadi merasa nggak enak sama oppadeul.” tanyaku. Aku duduk di sofa bersama member Suju dan SNSD. Mereka diam sambil di selimuti pikiran mereka masing-masing.
“Yakin sudah tidak apa-apa?” tanya Shindong.
Ku berikan senyum terbaikku, walaupun masih ada sisa-sisa air mata di pipiku. “Ne, aku lebih baik sekarang. Kalian istirahatlah.” Aku langsung menatap Taeyeon. “Tae, bisakah kau antar mereka sampai depan pintu?”
“Ne, ara.” Jawab Taeyeon yang langsung berdiri bersama Suju.
“Gomawo, oppadeul.” Ucapku tulus.
“Ne.. mianhae, Fany-ah” jawab mereka.
Aku tersenyum dan mengangguk. Mereka pun berjalan ke pintu depan bersama Taeyeon.
Ku sambar ponselku yang tergeletak di meja dan mulai mengetik pesan untuk Donghae.
To: Hae oppa.
Gomawo untuk selama ini kau mau bersamaku. Gomawo untuk perhatianmu selama ini dan gomawo untuk sakit hati ini. Aku sudah tau semuanya, jadi kau tidak perlu menjelaskan apa-apa lagi. Tapi sepertinya hubungan ini nggak bisa di lanjutkan lagi. Anyeong
Ku kirim pesan itu dengan berat hati dan masih dengan perasaan tidak menentu. Sakit hati? Tentu saja, bagaimana tidak sakit hati melihatnya seperti tadi.
Tiba-tiba ponselku berdering, Donghae oppa menelpon. Ku angkat telponnya dengan sikap biasa.
“Yeobuseyo..” kataku.
Jagiya.. aku..” ucap Donghae.
“Enough, oppa. Kau tidak perlu mengatakannya, aku sudah tau semuanya. Tidak apa bagiku, aku sudah tidak apa. Lebih baik oppa bahagia bersamanya.” Ucapku penuh dengan rasa kecewa.
Jagi, aku tidak bermaksud melukaimu. Sungguh.
“Lalu apa, oppa, kalau kau tidak bermaksud melukaiku? Kau ingin membuatku cemburu?”
Aku.. mianhe, jagi. Aku tidak akan melakukannya lagi. Tapi kembalilah padaku.” Bisa ku dengar ia mulai menangis. Dasar drama fish.
“Uljima, oppa. Aku tidak apa. Hanya saja kau belum yang terbaik untukku sekarang. Kau tau kalau aku tidak suka di khianati, kan? Sekali kau lakukan itu, aku tidak bisa kembali untukmu. I realized now if you aren’t my destiny for now. Aku bisa mengerti itu, oppa. Aku baik-baik saja. Dan kau sudah aku maafkan, tapi aku tidak bisa kembali seperti dulu. Mianhae oppa. Saranghae, for the last time. Anyeong.” Ku matikan ponselku dan meletakkannya kembali ke meja.
Semuanya menatap tidak percaya ke arahku.
“You’re so great, Fany.” Puji Jessica. “Aku bahkan belum tentu bisa sepertimu.”
Aku tersenyum menerima pujiannya. “Aku lebih baik melepaskannya sekarang, lebih baik aku sangat sakit sekarang. Yang penting, di kemudian hari aku bisa menjadi yeoja yang kuat.”
Mereka tersenyum hangat kearahku. “Yes, you are, Tifanny Hwang.” Ucap mereka serempak.
-THE END-

[Oneshoot/PG -13] You Aren't My Destiny

Tittle: You aren't my destiny
Author: BlackPearl
Rating: PG -13/ Straight
Cast: Lee Donghae (Super Junior), Tifanny Hwang (Girls' Generation), Girls' Generation Members, Super Junior Members, Suzy (Miss A) cameo
Length: OneShoot
Genre: Love, Hurt
Disclaimer: I don't have Lee Donghae, Tifanny Hwang, Girls's Generation. Super Junior and Suzy's characters, they belong themselves. Sorry for the typo
--------------------------------------------------------------------------------------------
Langit berubah warna menjadi merah pucat. matahari tampak terbenam dari ujung laut. Pasir berubah warna menjadi abu-abu. Sekarang hanya terdengar deburan ombak yang sangat nenenangkan untuk di dengar.
Sepasang tangan masih melingkar sempurna di sekitar pinggangku. Angin berhembus ringan membuat rambutku yang berombak ikut terbawa hembusan itu. Ujung Summer dress-ku yang berwarna pink berkibar lembut.
Kami menyaksikan matahari terbenam dengan tenang. Senyum masih terukir di wajah kami. Sambil menutup mata kami, kami menikmati suasana yang menenangkan itu.
“Oppa..” panggilku.
“Hmm...”
“Pulang yuk, udah mau malem gini.”
Donghae melepaskan pelukkannya lalu ia merangkul pinggangku. “Ne, kajja.” Ia menyeretku, tanganku menjinjing flat shoes berwarna putih dengan pita di tengahnya. Kaki ku yang telanjang merasakan lembutnya pasir pantai. Ia menuntunku masuk ke dalam mobilnya.
Tempat favorite kami memang di pantai, apalagi sambil melihat matahari terbenam. Ah, tidak ada tempat yang lebih enak untuk menghabiskan waktu berdua bersama namjachingu-ku yang paling tampan.
Walaupun begitu, kami jarang sekali bisa bertemu. Kami cuma bisa bertemu saat hari-hari libur seperti ini atau kalau kebetulan sedang ada di ruang latihan. Kesibukkan kami berdua sebagai penyanyi memang menyusahkan. Bahkan kalau salah satu dari kami sedang tidak sibuk, pasti akan di backstage. Misalnya saat Super Junior harus menghadiri sebuah acara, aku pasti menunggunya di backstage.
Kami berdua merahasiakan hubungan kami dari wartawan. Hanya sesama artislah yang tahu tentang kami. Menyusahkan juga memang harus seperti ini. Bahkan ini sudah hampir 2 tahun kami menjalani hubungan.
Begitu sampai, ia mengantarku ke dorm sampai di depan pintu.
“Gomawo, oppa. Hari ini aku seneng banget.” Ujarku gembira. Bagaimana nggak senang, seharian ini aku pergi dengannya. Jarang banget kami bisa seperti ini. Apa lagi mengingat hari ini tepat 2 tahun kami berpacaran.
“Ne, cheonmaneyo. Happy 2nd anniversary, my Tiffany.” Ia langsung memelukku. Salah satu tangannya berada di kepalaku.
“Ahh..” gumamku. “Happy 2nd anniversary too, my Hae. Thanks for give me your attention and affection. I wouldn’t doubt about you now. You was born to be my destiny”
“YA! Kau bicara apa? Aku tidak mengerti.” Ia langsung memundurkan badannya sedikit dan memperlihatkan wajahnya yang kesal.
“Kkk, mianhae, oppa. Ya udah, aku masuk dulu. oppa habis ini langsung istirahat ya. Bye..”
“Ne..” ia mengecup keningku lalu pergi. Ku tatap punggungnya ketika meninggalkanku sampai ia masuk ke dalam lift.
Aku masuk ke dalam dorm. “Anyeong.”
“Ahh, Fany unnie, kau sudah pulang.” Sapa Seohyun begitu ia melihatku di depan pintu sambil mengganti sepatuku dengan sandal rumahku.
“Ne, Joohyun.” Balasku. “Kelihatannya dorm sedang sepi. Yang lainnya kemana?”
“Biasalah, unniedeul sedang menikmati hari liburnya bersama namjachingu mereka. Sementara Hyoyeon unnie pergi ke dorm suju karena Eunhyuk oppa sedang sakit.” Seohyun langsung masuk ke dapur.
Ku ikuti dia masuk kedalam dapur. “Kau tidak pergi dengan Yesung oppa, Joohyun?”
Raut wajah Seohyun langsung berubah. “Oppa sedang nge-DJ di sukira menggantikan Eunhyuk oppa. Tadinya kami mau rencana pergi bersama.” Ku rangkul bahu Seohyun.
“Aah, gwenchanayo, Joohyun. Kenapa kau tidak ke Sukira aja. Aku yakin Taeyeon di sana nemenin Leeteuk oppa.”
Seohyun mendesah sedih. “Yesung oppa nggak ngijini aku kesana. Katanya takut aku kecapekkan atau gimana. Ya udah, aku di..” tiba-tiba ponsel Seohyun berdering. Ia langsung mengambilnya dari saku celananya dan menatap layar ponselnya. “Yesung oppa!” jerit tertahan Seohyun
“Yeoboseyo... ah, Yesung oppa” Ia langsung keluar dari dapur.
Aku hanya menggelengkan kepalaku melihat tingkah Joohyun. Sepertinya tidak ada yang bisa ku lakukan disini. Batinku. Aku langsung pergi ke kamarku dan mengganti bajuku.
Saat aku akan mengganti pakaianku, ponselku berdering. My Hae. Segera ku angkat telpon dari Donghae oppa.
“Yeoboseyo, oppa.” Sapaku.
Sedang apa, jagiya?” tanya Donghae.
Aku duduk di pinggiran kasurku. “Mau ganti baju. Oppa sudah sampai di dorm?”
Ne, baru saja. Di sini juga ada Hyo lagi sama Hyuki.
“Ah..” gumamku. “Aku sudah tahu kok oppa. Tolong sampaikan ke Hyuki oppa ‘semoga cepat sembuh’ dan bilang ke Hyo kalau nanti pulangnya jangan malam-malam.”
Ne, jagiya. Tapi sepertinya aku nggak bisa menyampaikan pesanmu ke Hyo sekarang deh.
“Wae?”
Dia dari tadi marah-marah karena Hyuki sakit. Hyuki kecapekkan jadinya ia sakit deh sekarang. Dari kemaren dia sibuk banget, jadinya nggak bisa jaga kesehatannya.” Ia berhenti bicara ketika mendengar Hyoyeon berteriak ‘Oppa babo! Kesehatan tu jauh lebih penting!’ “Kau dengar sendiri kan, jagi?
Aku tertawa. “Ara.. ya udah, nggak usah bilang ke Hyo aja.”
Ia ikut tertawa. “Ne. Ya udah, istirahat ya, jagi. Jangan tidur malem-malem. Saranghae, Jagiya.
“Nado oppa..” ku matikan ponselku lalu mengganti bajuku. Setelah selesai menganti bajuku, aku langsung tidur
***
Sudah beberapa minggu ini Donghae oppa nggak ada kabar. Bahkan ketika aku mampir ke dorm Suju, mereka bilang Donghae pergi dan mereka nggak tau dia pergi kemana.
Entah sudah berapa lama aku berdiri di depan jendela. Sesekali aku menghela napas berat sambil sesekali melirik ponselku yang tergeletak di meja kecil. Tampak wajah Donghae dan aku di layar ponselku.
Sudah banyak pesan ku kirim untuknya, tapi nggak pernah satupun di balasnya. Berkali-kali aku menghubungi, tapi nggak di angkat juga. Aku juga nggak pernah lihat dia berlatih bersama oppadeul, tapi aku pasti melihatnya saat mereka tampil di sebuah acara.
“Fany-ah, gwenchana?” tanya seseorang di belakangku.
Ku anggukkan kepalaku pelan. “Ne, Tae. Nan gwenchana.”
“You sure?” tanya Jessica.
“Yes, I’m sure. Why?”
Jessica membalikkan badanku. “Don’t lie to me. Tell us what the matter!”
“I’m alright. Perfectly” sergahku.
“YA! Tifanny Hwang, aku tau pasti ada yang nggak beres.” Sahut Hyoyeon. “Aku tau kalau ini ada hubungannya dengan Donghae kan? Kamu sering ke dorm Suju dan nanyain tentang Donghae. Si Monyet yang bilang ke aku.”
Mau tak mau aku menghela napas berat. Mataku terasa panas dan ada sesuatu yang menggenang disana.
“Ya udah, kita nanti samperin aja ke KBS,” saran Taeyeon. “Aku dengar mereka akan tampil disana malam ini juga.”
“Jinja?” tanyaku tidak percaya. “Kalau dia tiba-tiba nggak ada disana?”
Taeyeon menggeleng kepala sambil menggerakkan telunjuknya ke kanan dan kiri. “Nggak mungkin. Firasatku bilang dia pasti ada disana, kita bikin kejutan di backstage waktu mereka selesai. Katanyakan begitu mereka selesai tampi, Donghae oppa pasti langsung pergi entah kemana, kan? Kita minta bantuan dari oppadeul biar Donghae nggak langsung pergi kemana gitu.”
“Ah, ide bagus tu.” Seru Jessica. “Mending kamu aja Tae, bilang ke Eeteuk oppa tentang rencana ini. Aku yakin dia pasti setuju.”
Tanpa basa-basi lagi, Taeyeon mengambil ponselnya dan menelpon Leeteuk oppa yang aku yakin dia pasti sedang siap-siap ke KBS.
“Ayo, kita siap-siap.” Ajak Seohyun yang dari tadi hanya diam mendengarkan.
Aku segera mengganti pakaianku dan begitu selesai segera keluar. Aku bisa melihat semuanya sudah bersiap-siap.
“Kajja, kita langsung berangkat sekarang.” Kata Taeyeon.
“Ne,” ucap kami berdelapan serempak.
Kami berangkat mengunakan mini bus yang biasanya kami gunakan untuk berpergian bersama-sama. Di dalam mini bus, aku memperhatikan keluar jendela yang gelap. Seohyun yang dari tadi di sebelahku hanya bisa diam melihat tingkah ku yang hanya diam.
Ketika sampai, kami langsung ke backstage. Kami telusuri lorong menuju ruang ganti Suju. Ketika kami masuk, tidak ada seorangpun selain manager Suju. Dia bilang kalau Suju sedang tampil. Jadinya kami menunggu mereka dengan sabar dan melihat mereka tampil dari Tv yang ada di ruangan ini.
Air mataku menggenang lagi ketika aku melihat Donghae oppa sedang tampil dengan sebuah senyum terlukis indah di wajahnya. Aku sangat merindukan senyum itu.
Akhirnya mereka selesai tampil, aku mendengar suara gelak tawa dari luar dan pintu terbuka. Mereka masuk dengan ekspresi terkejut, padahal mereka tau kalau kami akan ke sini.
“YA! Cepat banget kalian datang.” Kata Yesung.
Seohyun maju selangkah dari belakangku. “Kau tidak ingin segera bertemu denganku, oppa? Baiklah, aku akan pulang sekarang.”
“Emm.. bukan begitu maksudku, jagiya.” Yesung jadi salah tingkah. Kami semua tertawa melihatnya salah tingkah, kecuali aku yang hanya diam.
“Emm.. oppadeul..” panggilku pelan. “Donghae oppa?”
Leeteuk menatapku dengan bersalah. “Mianhae, Fany-ah. Begitu kami selesai, dia langsung hilang begitu aja.”
Aku menghela napas berat. “Ah, gwenchanayo, Eeteuk oppa.” Ku pasang senyum. Aku bisa merasakan kalau senyumku terlihat hambar. “Aku mau ke toilet dulu.”
“Aku temani ya?” tanya Taeyeon. Bisa ku rasakan ia juga merasa bersalah, karena semua ini kan idenya dia.
Aku tersenyum kecil dan menggeleng. “Nggak usah, aku bisa sendiri kok. Kalian di sini aja. Kalau ada apa-apa aku bakal nelpon kalian atau gimana.” Tanpa menunggu respon mereka, aku langsung pergi. Oppadeul langsung menyingkir ketika aku akan keluar. Tiba-tiba aku ingat sesuatu, jadi aku membalikkan badanku. “Gomawoyo, kalian semua mau bantu aku.” Aku langsung berbalik pergi ke toilet.
Beberapa kali aku menghela napas saat berjalan ke toilet. Dan tidak segaja, aku mendengar suara jerit manja dari seorang yeoja.
“Oppa... appo!” jerit manja dari yeoja itu.
“Tapi suka kan?” balas dari suara seorang namja.
Tunggu, suara namja itu. Jangan-jangan...
Ku ikuti datangnya suara itu. Aku berlari-lari kecil dan dalam hati berharap kalau suara namja yang ku dengar tadi bukanlah Donghae oppa.
Ketika aku sudah dekat dengan asal suara itu, aku berbelok di suatu lorong dan melihat Donghae oppa sedang memeluk pinggang seorang yeoja yang ku kenal namanya Min, dia salah personil satu girlband Miss A.
Aku masih antara percaya dan tidak dengan apa yang aku lihat. Bahkan aku jadi bertambah shock melihat mereka berciuman.
“Donghae oppa...” Bisikku sambil menutup mulut ku dengan kedua tanganku. Aku langsung membalikkan badanku dan menggeser badanku lalu bersandar di tembok.
“Selama ini aku percaya denganmu, oppa. Kenapa kau bisa setega ini denganku?” bisikku. Aku langsung mengambil ponselku dari satu dan mengetik sebuah pesan untuk Taeyeon agar ia bisa kemari.
Beberapa menit setelah aku mengirim pesan ke Taeyeon, dia datang bersama Suju dan SNSD yang lainnya.
“Gwenchana fany-ah? Kau kenapa?” tanya Taeyeon yang langsung memelukku.
Aku tidak bisa menahan air mataku lagi. “Donghae oppa...”
“Waeyo?” tanya Siwon dengan khawatir.
“Bisakah kita pulang sekarang? Aku capek.” Pintaku disela tangis tertahanku.
Walaupun mereka bingung, tapi mereka menuruti kemauanku. Kami langsung keluar, tapi sebelum keluar, mereka berhenti dan menoleh. Mereka melihat apa yang aku lihat.
Mereka semua hanya menghela napas kecewa melihat apa yang Donghae lakukan. Kali ini mereka mengerti kenapa aku minta pulang. Kami langsung pergi ke luar dan naik ke mini bus.
Di dalam mini bus, tak henti-hentinya aku menangis di dalam pelukkan Taeyeon. Beberapa member Suju ikut di dalam mini bus kami. Tampak di wajah mereka kalau mereka khawatir dan kecewa. Entahlah, aku tidak memperhatikannya karena aku terus saja menangis.
Ketika kami sampai, semua member Suju ikut mengantar kami sampai ke dorm. Bahkan mereka juga ikut masuk ke dalam dorm kami.
“Oppadeul tidak capek? Kalau capek kalian kembali ke dorm kalian aja. Aku jadi merasa nggak enak sama oppadeul.” tanyaku. Aku duduk di sofa bersama member Suju dan SNSD. Mereka diam sambil di selimuti pikiran mereka masing-masing.
“Yakin sudah tidak apa-apa?” tanya Shindong.
Ku berikan senyum terbaikku, walaupun masih ada sisa-sisa air mata di pipiku. “Ne, aku lebih baik sekarang. Kalian istirahatlah.” Aku langsung menatap Taeyeon. “Tae, bisakah kau antar mereka sampai depan pintu?”
“Ne, ara.” Jawab Taeyeon yang langsung berdiri bersama Suju.
“Gomawo, oppadeul.” Ucapku tulus.
“Ne.. mianhae, Fany-ah” jawab mereka.
Aku tersenyum dan mengangguk. Mereka pun berjalan ke pintu depan bersama Taeyeon.
Ku sambar ponselku yang tergeletak di meja dan mulai mengetik pesan untuk Donghae.
To: Hae oppa.
Gomawo untuk selama ini kau mau bersamaku. Gomawo untuk perhatianmu selama ini dan gomawo untuk sakit hati ini. Aku sudah tau semuanya, jadi kau tidak perlu menjelaskan apa-apa lagi. Tapi sepertinya hubungan ini nggak bisa di lanjutkan lagi. Anyeong
Ku kirim pesan itu dengan berat hati dan masih dengan perasaan tidak menentu. Sakit hati? Tentu saja, bagaimana tidak sakit hati melihatnya seperti tadi.
Tiba-tiba ponselku berdering, Donghae oppa menelpon. Ku angkat telponnya dengan sikap biasa.
“Yeobuseyo..” kataku.
Jagiya.. aku..” ucap Donghae.
“Enough, oppa. Kau tidak perlu mengatakannya, aku sudah tau semuanya. Tidak apa bagiku, aku sudah tidak apa. Lebih baik oppa bahagia bersamanya.” Ucapku penuh dengan rasa kecewa.
Jagi, aku tidak bermaksud melukaimu. Sungguh.
“Lalu apa, oppa, kalau kau tidak bermaksud melukaiku? Kau ingin membuatku cemburu?”
Aku.. mianhe, jagi. Aku tidak akan melakukannya lagi. Tapi kembalilah padaku.” Bisa ku dengar ia mulai menangis. Dasar drama fish.
“Uljima, oppa. Aku tidak apa. Hanya saja kau belum yang terbaik untukku sekarang. Kau tau kalau aku tidak suka di khianati, kan? Sekali kau lakukan itu, aku tidak bisa kembali untukmu. I realized now if you aren’t my destiny for now. Aku bisa mengerti itu, oppa. Aku baik-baik saja. Dan kau sudah aku maafkan, tapi aku tidak bisa kembali seperti dulu. Mianhae oppa. Saranghae, for the last time. Anyeong.” Ku matikan ponselku dan meletakkannya kembali ke meja.
Semuanya menatap tidak percaya ke arahku.
“You’re so great, Fany.” Puji Jessica. “Aku bahkan belum tentu bisa sepertimu.”
Aku tersenyum menerima pujiannya. “Aku lebih baik melepaskannya sekarang, lebih baik aku sangat sakit sekarang. Yang penting, di kemudian hari aku bisa menjadi yeoja yang kuat.”
Mereka tersenyum hangat kearahku. “Yes, you are, Tifanny Hwang.” Ucap mereka serempak.
-THE END-