Tittle: Baby,
I’m sorry
Author: BlackPearl
Rating: T
/ Straight
Cast: Jo
Kwangmin (Boyfriend), Lee Yoo Young/Yooyoung (Hello Venus), Jo Youngmin
(Boyfriend), No Minwoo (Boyfriend), Tia Cuevas (Chocolat), Aaron Kwak (Nu’Est),
Melanie Lee (Chocolat)
Genre: Hurt/comfort,
Angst, Romance
Lenght: Oneshoot
Disclaimer: Semua
nama yang ada di sini digunakan tanpa ijin sang pemilik yang asli. Cerita ini
di buat murni dari imajinasiku yang rada error dan ekstrem. Maaf kalo alurnya
kecepetan, nggak sesuai sama keingin readers, bingungin (karena author juga
bingung) dan ada banyak typo. Please not bashing! 1st published on
cloudblackpearl.wordpress.com. Happy reading ^^
----------------------------------------------
Suasana di
antara mereka berubah menjadi canggung, biasanya mereka sangat ceria dan
bahagia. Tapi hari ini suasana menjadi sangat canggung.
“Oppa yakin
ingin semua ini berakhir seperti ini?” Tanya Yooyoung dengan mata berkaca-kaca.
“Kau ingin melupakan semua yang pernah kita lalui? Melupakan semua janjimu?”
“Mianhae,
Yooyoung-aa.” Kata Kwangmin pelan. “Aku sedang ingin sendiri. Mianhae kalau ini
membuatmu terluka. Tapi aku nggak punya pilihan. Aku ingin sendiri dulu untuk
sekarang, Yooyoung-aa”
“Aku nggak
percaya oppa memberi alasan yang nggak masuk akal kayak gitu.” Tegas Yooyoung,
berusaha untuk tegar. “Oppa ingin sendiri? Geojismal!”
Kwangmin menatap
Yooyoung dengan sendu. “Mianhae.. jeongmal mianhae. Kita kan masih bisa
berteman.”
Yooyoung
langsung menatap Kwangmin dengan mata berlinang air mata. “Berteman? Itukah
yang kau mau oppa?”
“Eo..” jawab
singkat Kwangmin.
Ekspresi
Yooyoung tiba-tiba berubah. Senyum kecil terpantri di wajahnya. “Arasseo..”
Tiba-tiba
Yooyoung memeluk Kwangmin. “Gomawo untuk selama ini” ia mengeratkan pelukkannya
di leher Kwangmin seakan-akan tidak ingin lepas.
Kwangmin yang
merasakan pelukkan dari Yooyoung mengerat, ia membalas pelukkan itu sambil
membelai rambut panjang yeoja itu. “Cheonmaneyo, Yooyoung-aa.”
***
Esoknya Kwangmin
berangkat ke sekolah seperti biasa bersama Youngmin, kakak kembarnya. Wajah
Kwangmin mengisyaratkan kesedihan yang mendalam.
“Waeyo?” tanya
Youngmin ketika melihat raut wajah Kwangmin.
Kwangmin
langsung tersadar dan menoleh kearah Youngmin. “Aniyo...”
“Geojismal
hajima! Aku tahu ada yang nggak beres.” ujar Youngmin
Kwangmin hanya
menghela napas dan ia menceritakan kalau dia dan Yooyoung sudah putus. Youngmin
terkejut mendengarnya. Bagaimana tidak, ia tahu kalau adiknya ini sangat
mencintai Yooyoung tapi sekarang malah dia melepaskan yeoja itu.
“YA! Nan baboya!”
ujar Youngmin begitu ia selesai mendengar ceritanya Kwangmin. “Bagaimana bisa
kau melepaskannya begitu aja?”
“Aku ingin
sendiri, hyeong.”
Youngmin hanya
menggeleng-geleng kepalanya. “Alasanmu nggak masuk akal.”
“Sarangeun
ihaegadoeji anhneun (Cinta memang nggak masuk akal)" bisik Kwangmin.
Begitu mereka
sampai di sekolah, semua orang di sekitar lorong menuju kelas Kwangmin dan
Youngmin menatap kearah Kwangmin sambil berbisik-bisik.
“Oppa.. kau
sudah putus dengan Yooyoung eonni?” tanya Tia Cuevas yang di ketahui kalau dia
sangat menggilai Kwangmin.
Sementara
Kwangmin hanya diam sambil menatap bingung. Bagaimana
berita itu bisa cepat tersebar?
Sedetik kemudian
ia baru sadar. Ternyata reputasinya di sekolah benar-benar tinggi. Ia tidak
kaget lagi kalau berita seperti ini bisa cepat menyebar.
Karena prestasi
Kwangmin dan Youngmin di basket dan itu membuat mereka terkenal di sekolahnya.
Bahkan di sekolah mereka, mereka seperti artis. Jadi berita seperti ini pasti
cepat menyebar. Apalagi wajah mereka juga sangat tampan.
“Ne.. waeyo?”
tanya Kwangmin berusaha untuk santai.
Senyum manja
terlukis di wajah Tia. “Ah, kalau gitu aku bisa dong jadi yeojachingu-nya
oppa?” tanyanya penuh kepercayaan diri.
“In your dreams”
Lalu Kwangmin meninggalkan Tia dan teman-temannya lalu di susul Youngmin mengekor
di belakang Kwangmin, Youngmin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Begitu masuk ke
kelas, ia mendapati Yooyoung sedang duduk di kursinya di sebelah jendela.
Yooyoung sedang menghadap keluar jendela. Padahal biasanya ia pasti sedang
nimbrung bersama teman-temannya.
Kwangmin berjalan
menuju bangkunya yang ada di belakang sendiri, agak jauh dari tempat Yooyoung.
Ia meletakkan tasnya di meja lalu meletakkan kepalanya di atas tas sambil
menutupi wajahnya dengan tangan.
“Ada apa
denganmu, hyeong?” tanya Minwoo, sahabatnya Kwangmin dan tim satu basket
dengannya.
Tapi Kwangmin
tidak menjawab dan tetap diam. Minwoo langsung mengalihkan pandangan kearah
Youngmin dengan tatapan bertanya.
“Mereka putus.”
Ucap Youngmin tanpa mengeluarkan suara, hanya bibirnya yang bergerak.
“Omo! Jinja?!”
pekik Minwoo.
Youngmin
mengangguk. “Emangnya kamu nggak denger apa beritanya? Udah nyebar di sekolah
tahu.”
Minwo hanya
menggeleng. “Dasar kamu tu!” gerutu Youngmin.
Bel dering dan
semua murid langsung duduk di tempat mereka masing-masing ketika Park
seonsaengnim masuk ke kelas.
Selama
pelajaran, Kwangmin nggak bisa konsentrasi sama pelajaran. Pikirannya terus
melayang ke Yooyoung. Apa bener cara ini
yang terbaik untuk aku sama dia? Kenapa aku masih mikirin dia? Bukannya aku
harus move on? Dan bagaimana bisa kemarin aku minta dia untuk putus? Argh!
Ketika Kwangmin
mengacak-acak rambutnya, tiba-tiba sebuah penghapus mendarat di kepalanya.
“Jo Kwangmin!
Apa yang kau lakukan sampai mengacak-acak rambutmu?!” tanya Park seonsaengnim
dengan galak.
Kwangmin yang
sadar langsung menatap Park seonsaengnim. “Ani.. saya hanya sedang... emm..
olahraga. Iya. Sedang olahraga” Ia langsung memiringkan kepalanya dengan
tangannya.
Kontan seluruh
kelas tertawa kecuali seorang yeoja. Yooyoung. Ia tahu apa yang sedang terjadi
pada Kwangmin. Tiba-tiba ia merasa khawatir dengan Kwangmin.
Yooyoung
langsung menggeleng kepala. Tidak, aku
dan dia sekarang hanya berteman. Nggak lebih.
***
Beberapa hari
ini Kwangmin bertingkah aneh. Ketika di sekolah, ia dekat dengan banyak yeoja.
Beberapa kali ia mengajak seorang yeoja untuk pergi bersamanya. Padahal
sebelumnya ia tidak pernah bertingkah seperti ini, bahkan sebelum menjadi
namjachingu-nya Yooyoung.
Ia suka sekali
merayu yeoja-yeoja yang ada di dekatnya sehingga membuat Youngmin dan Minwoo
bingung dengan sikapnya.
Yooyoung yang
mengetahui itu hanya diam karena ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena ia
sudah bukan siapa-siapanya Kwangmin lagi. Mereka hanya berteman.
Sesekali
Yooyoung merasa cemburu, tapi di lain sisi ia harus mengingat kalau di antara
mereka hanya berteman.
Kadang-kadang
ini membuat Yooyoung gila. Argh! kenapa
untuk move on itu susah banget sih? Runtuknya dalam hati.
“Hey..” sapa
seorang namja yang membuat lamunannya buyar. Yooyoung menoleh dan mendapati
seorang namja berdiri dengan tegap sambil tersenyum. Yooyoung membalas
senyumnya.
***
Malam ini
Kwangmin belajar di kamarnya. Tapi pikirannya nggak bisa ke buku yang sedang ia
baca. Sesekali ia melirik sebuah foto yang terpampang di meja belajarnya
“Bogoshipeoyo..”
bisiknya sambil menyentuh foto Yooyoung.
Lalu ia berdiri
dan keluar dari kamarnya. Ia berjalan ke depan sebuah pintu yang bertuliskan
‘Youngmin’s room’ di depan pintu itu.
Ia mengetuk beberapa
kali lalu membukanya. “Hyeong, lagi sibuk nggak?”
Youngmin yang
sedang tiduran di kasur sambil membaca komik langsung menoleh. “Aniya.. waeyo?”
Kwangmin masuk
lalu menutup pintu dan ia langsung duduk di kursi meja belajar milik Youngmin.
“Hyeong.. kau tahu biasanya malam-malam seperti ini aku pasti lagi telpon-telponan
sama Yooyoung deh. Dan kalau di telpon ia bisa sangat manja, tapi di
kenyataannya dia nggak manja sama sekali. Malah galak.” Ia tertawa miris.
Sementara
Youngmin langsung duduk di pinggir kasur sambil mengerutkan dahinya ketika
mendengar cerita Kwangmin tentang Yooyoung lagi.
Sejak beberapa
malam yang lalu, Kwangmin pasti masuk ke dalam kamar Youngmin lalu bercerita
tentang Yooyoung. Tapi pasti di akhir cerita ia akan menangis dan menyesal
karena putus dengan yeoja itu. Youngmin hanya bisa mendengarkan setiap cerita
itu. Ia merasa kasihan terhadap adiknya. Padahal yang minta putus adalah
Kwangmin sendiri tapi sekarang dia malah jadi seperti ini.
Dari awal
Youngmin sudah berpikir alasan Kwangmin untuk putus emang nggak logis. Ia
sangat tahu kalau Kwangmin sangat mencintai yeoja itu dan rela melakukan apa
aja untuk yeoja itu.
Dan tebakkan
Youngmin benar, sekarang Kwangmin menangis. “Hyeong.. aku merindukannya. Aku
nyesel udah minta putus sama dia. Aku memang babo, bisa-bisanya minta putus
dengannya dengan alasan aku ingin sendiri. Aku nggak tahu bagaimana bisa aku
berkata seperti itu. Aku benar-benar nyesel sekarang.”
Youngmin
langsung menghampiri Kwangmin lalu menampar pipinya. Kwangmin kaget langsung
menatap Youngmin sambil memegangi pipinya yang memerah.
“Babo! Kamu itu
masih mencintainya, tapi dengan alasan yang nggak masuk akal kamu malah
melepaskannya. Dan sekarang kamu menangisinya. Maksudmu gimana sih?!” teriak
Youngmin.
Kwangmin hanya
menatapnya dengan air mata masih mengenang di pelupuk matanya. “Aku memang
bodoh melepaskannya dan sekarang aku nyesel. Tapi aku nggak tahu kenapa aku
melakukan itu. Aku udah ngelakuin banyak hal biar aku bisa melupakannya, aku
mendekati banyak yeoja dan sering bepergian dengan yeoja-yeoja itu. Tapi aku
tetap nggak bisa melupakannya. Call me a stupid man!”
Desahan napas
keluar dari mulut Youngmin. “Sekarang kamu mau gimana? Kamu nggak bisa kembali
sama dia sekarang. Kau tahu itu kan tentang gosip yang beredar.”
“Aku tahu.
Sekarang dia lagi deket sama Aron sunbae.” Kwangmin mendesah. “Semua udah
terlambat untukku. Aku nggak bisa berbuat apa-apa lagi untuk mendapatkannya
lagi.”
“Dari dulu aku
masih mikir alasanmu putus dengannya itu nggak logis.” Komentar Youngmin.
“Satu-satunya cara ya kamu harus move on.”
“Susah..” erang
Kwangmin dengan mata masih berkaca-kaca.
“Sesusah apa pun
pasti bisa kalau emang kamu punya ke inginan.” Kata Youngmin memberi nasihat
sambil mengacak-acak rambut adiknya lalu keluar dari kamar.
3 bulan kemudian
Jeju Island
Kwangmin dan seorang
yeoja yang sangat cantik dengan rambut pendeknya sedang berjalan-jalan. Hari
ini di sepanjang jalan di Jeju sedang ramai, sebuah festival sedang
berlangsung.
Mereka berdua
saling tertawa dan bergandengan tangan. Berhubung mereka sedang libur sekolah, jadi
mereka pergi ke pulau Jeju untuk berlibur bersama.
“Oppa.. aku mau
kimbab.” Kata Melanie sambil menunjuk sebuah kedai kimbab.
“Kajja..” ajak
Kwangmin sambil menyeret tangan yeoja itu dan mereka membeli beberapa kimbab.
Melanie adalah yeojachingu Kwangmin sekarang, ia
bersekolah di tempat yang berbeda dengan Kwangmin. Ibu Melanie adalah orang
Korea sedangkan ayahnya keturunan Itali dan Jerman. Mereka bertemu sekitar 2
bulan yang lalu di sebuah acara yang di selenggarakan disekolahannya Melanie,
dan saat itu Kwangmin menjadi partisipan di situ.
Mereka makan
kimbab sambil menyelusuri sepanjang jalan. Sesekali mereka saling menyuapi satu
sama lain dan akhirnya mereka sampai di sebuah taman.
Di taman itu
banyak anak kecil sedang bermain sambil berlarian. Kwangmin mengajak Melanie
duduk di salah satu bangku di bawah pohon sambil masih saling menyuapi kimbab.
Ketika mereka
sedang asyik bercanda dan tertawa, seorang yeoja menepuk pundak Kwangmin dan ia
menoleh melihat siapa yang menepuk pundaknya.
“Yooyoung-aa..”kata
Kwangmin sambil tersenyum. “Anyeong oppa..” sapa Yooyoung sambil tersenyum dan
menggandeng seorang namja.
“Apa kabar,
Kwangmin-aa?” tanya namja itu, Aron.
“Baik. Kau
bagaimana? Kalian berdua terlihat serasi tahu.” Goda Kwangmin.
Wajah Yooyoung
memerah dan Aron jadi salah tingkah. “Mwoyaa...” kata Yooyoung. “Eh, kami mau
ke restoran sebelah sana. Katanya Blueberry lava cake di situ enak. Mau ikut?”
Ajak Aron.
Kwangmin menatap
Melanie. “Kau mau, jagiya?”
“Tentu.. aku
suka sekali sama cake.” Ia bangkit bersama Kwangmin lalu mereka berempat
berjalan bersamaan ke restoran itu.
Mereka
tertawa-tawa dan saling bercanda. Tidak sekalipun Kwangmin atau Yooyoung
mengungkit masa lalu mereka. Yang ada di pikiran mereka adalah untuk menghadapi
masa depan mereka yang sangat indah. Mereka berdua, terutama Kwangmin, tidak
ingin yang terjadi pada mereka terulang lagi. Hanya untuk sekali saja hati
mereka hancur dan sekarang sudah mulai utuh seperti dulu dan sudah ada
seseorang baru yang mengisi hati mereka masing-masing
Kebahagian
menyelimuti mereka. Mencoba untuk menjauhi kesedihan. Sekarang masing-masing
dari mereka harus memperjuangkan apa yang sedang mereka bangun kembali.
-The End-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar