26.7.12

[Oneshoot/T] Baby, I’m sorry


Tittle: Baby, I’m sorry
Author: BlackPearl
Rating: T / Straight
Cast: Jo Kwangmin (Boyfriend), Lee Yoo Young/Yooyoung (Hello Venus), Jo Youngmin (Boyfriend), No Minwoo (Boyfriend), Tia Cuevas (Chocolat), Aaron Kwak (Nu’Est), Melanie Lee (Chocolat)
Genre: Hurt/comfort, Angst, Romance
Lenght: Oneshoot
Disclaimer: Semua nama yang ada di sini digunakan tanpa ijin sang pemilik yang asli. Cerita ini di buat murni dari imajinasiku yang rada error dan ekstrem. Maaf kalo alurnya kecepetan, nggak sesuai sama keingin readers, bingungin (karena author juga bingung) dan ada banyak typo. Please not bashing! 1st published on cloudblackpearl.wordpress.com. Happy reading ^^

 ----------------------------------------------

Angin musim panas berhembus kencang dan membuat rambut ikal berwarna coklat yang panjang seorang yeoja terbawa angin. Ia duduk di sebuah bangku yang terbuat dari kayu di bawah sebuah pohon bersama seorang namja yang tengah duduk di sebelah yeoja itu.
Suasana di antara mereka berubah menjadi canggung, biasanya mereka sangat ceria dan bahagia. Tapi hari ini suasana menjadi sangat canggung.
“Oppa yakin ingin semua ini berakhir seperti ini?” Tanya Yooyoung dengan mata berkaca-kaca. “Kau ingin melupakan semua yang pernah kita lalui? Melupakan semua janjimu?”
“Mianhae, Yooyoung-aa.” Kata Kwangmin pelan. “Aku sedang ingin sendiri. Mianhae kalau ini membuatmu terluka. Tapi aku nggak punya pilihan. Aku ingin sendiri dulu untuk sekarang, Yooyoung-aa”
“Aku nggak percaya oppa memberi alasan yang nggak masuk akal kayak gitu.” Tegas Yooyoung, berusaha untuk tegar. “Oppa ingin sendiri? Geojismal!”
Kwangmin menatap Yooyoung dengan sendu. “Mianhae.. jeongmal mianhae. Kita kan masih bisa berteman.”
Yooyoung langsung menatap Kwangmin dengan mata berlinang air mata. “Berteman? Itukah yang kau mau oppa?”
“Eo..” jawab singkat Kwangmin.
Ekspresi Yooyoung tiba-tiba berubah. Senyum kecil terpantri di wajahnya. “Arasseo..”
Tiba-tiba Yooyoung memeluk Kwangmin. “Gomawo untuk selama ini” ia mengeratkan pelukkannya di leher Kwangmin seakan-akan tidak ingin lepas.
Kwangmin yang merasakan pelukkan dari Yooyoung mengerat, ia membalas pelukkan itu sambil membelai rambut panjang yeoja itu. “Cheonmaneyo, Yooyoung-aa.”
***
Esoknya Kwangmin berangkat ke sekolah seperti biasa bersama Youngmin, kakak kembarnya. Wajah Kwangmin mengisyaratkan kesedihan yang mendalam.
“Waeyo?” tanya Youngmin ketika melihat raut wajah Kwangmin.
Kwangmin langsung tersadar dan menoleh kearah Youngmin. “Aniyo...”
“Geojismal hajima! Aku tahu ada yang nggak beres.” ujar Youngmin
Kwangmin hanya menghela napas dan ia menceritakan kalau dia dan Yooyoung sudah putus. Youngmin terkejut mendengarnya. Bagaimana tidak, ia tahu kalau adiknya ini sangat mencintai Yooyoung tapi sekarang malah dia melepaskan yeoja itu.
“YA! Nan baboya!” ujar Youngmin begitu ia selesai mendengar ceritanya Kwangmin. “Bagaimana bisa kau melepaskannya begitu aja?”
“Aku ingin sendiri, hyeong.”
Youngmin hanya menggeleng-geleng kepalanya. “Alasanmu nggak masuk akal.”
“Sarangeun ihaegadoeji anhneun (Cinta memang nggak masuk akal)" bisik Kwangmin.
Begitu mereka sampai di sekolah, semua orang di sekitar lorong menuju kelas Kwangmin dan Youngmin menatap kearah Kwangmin sambil berbisik-bisik.
“Oppa.. kau sudah putus dengan Yooyoung eonni?” tanya Tia Cuevas yang di ketahui kalau dia sangat menggilai Kwangmin.
Sementara Kwangmin hanya diam sambil menatap bingung. Bagaimana berita itu bisa cepat tersebar?
Sedetik kemudian ia baru sadar. Ternyata reputasinya di sekolah benar-benar tinggi. Ia tidak kaget lagi kalau berita seperti ini bisa cepat menyebar.
Karena prestasi Kwangmin dan Youngmin di basket dan itu membuat mereka terkenal di sekolahnya. Bahkan di sekolah mereka, mereka seperti artis. Jadi berita seperti ini pasti cepat menyebar. Apalagi wajah mereka juga sangat tampan.
“Ne.. waeyo?” tanya Kwangmin berusaha untuk santai.
Senyum manja terlukis di wajah Tia. “Ah, kalau gitu aku bisa dong jadi yeojachingu-nya oppa?” tanyanya penuh kepercayaan diri.
“In your dreams” Lalu Kwangmin meninggalkan Tia dan teman-temannya lalu di susul Youngmin mengekor di belakang Kwangmin, Youngmin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Begitu masuk ke kelas, ia mendapati Yooyoung sedang duduk di kursinya di sebelah jendela. Yooyoung sedang menghadap keluar jendela. Padahal biasanya ia pasti sedang nimbrung bersama teman-temannya.
Kwangmin berjalan menuju bangkunya yang ada di belakang sendiri, agak jauh dari tempat Yooyoung. Ia meletakkan tasnya di meja lalu meletakkan kepalanya di atas tas sambil menutupi wajahnya dengan tangan.
“Ada apa denganmu, hyeong?” tanya Minwoo, sahabatnya Kwangmin dan tim satu basket dengannya.
Tapi Kwangmin tidak menjawab dan tetap diam. Minwoo langsung mengalihkan pandangan kearah Youngmin dengan tatapan bertanya.
“Mereka putus.” Ucap Youngmin tanpa mengeluarkan suara, hanya bibirnya yang bergerak.
“Omo! Jinja?!” pekik Minwoo.
Youngmin mengangguk. “Emangnya kamu nggak denger apa beritanya? Udah nyebar di sekolah tahu.”
Minwo hanya menggeleng. “Dasar kamu tu!” gerutu Youngmin.
Bel dering dan semua murid langsung duduk di tempat mereka masing-masing ketika Park seonsaengnim masuk ke kelas.
Selama pelajaran, Kwangmin nggak bisa konsentrasi sama pelajaran. Pikirannya terus melayang ke Yooyoung. Apa bener cara ini yang terbaik untuk aku sama dia? Kenapa aku masih mikirin dia? Bukannya aku harus move on? Dan bagaimana bisa kemarin aku minta dia untuk putus? Argh!
Ketika Kwangmin mengacak-acak rambutnya, tiba-tiba sebuah penghapus mendarat di kepalanya.
“Jo Kwangmin! Apa yang kau lakukan sampai mengacak-acak rambutmu?!” tanya Park seonsaengnim dengan galak.
Kwangmin yang sadar langsung menatap Park seonsaengnim. “Ani.. saya hanya sedang... emm.. olahraga. Iya. Sedang olahraga” Ia langsung memiringkan kepalanya dengan tangannya.
Kontan seluruh kelas tertawa kecuali seorang yeoja. Yooyoung. Ia tahu apa yang sedang terjadi pada Kwangmin. Tiba-tiba ia merasa khawatir dengan Kwangmin.
Yooyoung langsung menggeleng kepala. Tidak, aku dan dia sekarang hanya berteman. Nggak lebih.
***
Beberapa hari ini Kwangmin bertingkah aneh. Ketika di sekolah, ia dekat dengan banyak yeoja. Beberapa kali ia mengajak seorang yeoja untuk pergi bersamanya. Padahal sebelumnya ia tidak pernah bertingkah seperti ini, bahkan sebelum menjadi namjachingu-nya Yooyoung.
Ia suka sekali merayu yeoja-yeoja yang ada di dekatnya sehingga membuat Youngmin dan Minwoo bingung dengan sikapnya.
Yooyoung yang mengetahui itu hanya diam karena ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena ia sudah bukan siapa-siapanya Kwangmin lagi. Mereka hanya berteman.
Sesekali Yooyoung merasa cemburu, tapi di lain sisi ia harus mengingat kalau di antara mereka hanya berteman.
Kadang-kadang ini membuat Yooyoung gila. Argh! kenapa untuk move on itu susah banget sih? Runtuknya dalam hati.
“Hey..” sapa seorang namja yang membuat lamunannya buyar. Yooyoung menoleh dan mendapati seorang namja berdiri dengan tegap sambil tersenyum. Yooyoung membalas senyumnya.
***
Malam ini Kwangmin belajar di kamarnya. Tapi pikirannya nggak bisa ke buku yang sedang ia baca. Sesekali ia melirik sebuah foto yang terpampang di meja belajarnya
“Bogoshipeoyo..” bisiknya sambil menyentuh foto Yooyoung.
Lalu ia berdiri dan keluar dari kamarnya. Ia berjalan ke depan sebuah pintu yang bertuliskan ‘Youngmin’s room’ di depan pintu itu.
Ia mengetuk beberapa kali lalu membukanya. “Hyeong, lagi sibuk nggak?”
Youngmin yang sedang tiduran di kasur sambil membaca komik langsung menoleh. “Aniya.. waeyo?”
Kwangmin masuk lalu menutup pintu dan ia langsung duduk di kursi meja belajar milik Youngmin. “Hyeong.. kau tahu biasanya malam-malam seperti ini aku pasti lagi telpon-telponan sama Yooyoung deh. Dan kalau di telpon ia bisa sangat manja, tapi di kenyataannya dia nggak manja sama sekali. Malah galak.” Ia tertawa miris.
Sementara Youngmin langsung duduk di pinggir kasur sambil mengerutkan dahinya ketika mendengar cerita Kwangmin tentang Yooyoung lagi.
Sejak beberapa malam yang lalu, Kwangmin pasti masuk ke dalam kamar Youngmin lalu bercerita tentang Yooyoung. Tapi pasti di akhir cerita ia akan menangis dan menyesal karena putus dengan yeoja itu. Youngmin hanya bisa mendengarkan setiap cerita itu. Ia merasa kasihan terhadap adiknya. Padahal yang minta putus adalah Kwangmin sendiri tapi sekarang dia malah jadi seperti ini.
Dari awal Youngmin sudah berpikir alasan Kwangmin untuk putus emang nggak logis. Ia sangat tahu kalau Kwangmin sangat mencintai yeoja itu dan rela melakukan apa aja untuk yeoja itu.
Dan tebakkan Youngmin benar, sekarang Kwangmin menangis. “Hyeong.. aku merindukannya. Aku nyesel udah minta putus sama dia. Aku memang babo, bisa-bisanya minta putus dengannya dengan alasan aku ingin sendiri. Aku nggak tahu bagaimana bisa aku berkata seperti itu. Aku benar-benar nyesel sekarang.”
Youngmin langsung menghampiri Kwangmin lalu menampar pipinya. Kwangmin kaget langsung menatap Youngmin sambil memegangi pipinya yang memerah.
“Babo! Kamu itu masih mencintainya, tapi dengan alasan yang nggak masuk akal kamu malah melepaskannya. Dan sekarang kamu menangisinya. Maksudmu gimana sih?!” teriak Youngmin.
Kwangmin hanya menatapnya dengan air mata masih mengenang di pelupuk matanya. “Aku memang bodoh melepaskannya dan sekarang aku nyesel. Tapi aku nggak tahu kenapa aku melakukan itu. Aku udah ngelakuin banyak hal biar aku bisa melupakannya, aku mendekati banyak yeoja dan sering bepergian dengan yeoja-yeoja itu. Tapi aku tetap nggak bisa melupakannya. Call me a stupid man!”
Desahan napas keluar dari mulut Youngmin. “Sekarang kamu mau gimana? Kamu nggak bisa kembali sama dia sekarang. Kau tahu itu kan tentang gosip yang beredar.”
“Aku tahu. Sekarang dia lagi deket sama Aron sunbae.” Kwangmin mendesah. “Semua udah terlambat untukku. Aku nggak bisa berbuat apa-apa lagi untuk mendapatkannya lagi.”
“Dari dulu aku masih mikir alasanmu putus dengannya itu nggak logis.” Komentar Youngmin. “Satu-satunya cara ya kamu harus move on.”
“Susah..” erang Kwangmin dengan mata masih berkaca-kaca.
“Sesusah apa pun pasti bisa kalau emang kamu punya ke inginan.” Kata Youngmin memberi nasihat sambil mengacak-acak rambut adiknya lalu keluar dari kamar.
3 bulan kemudian
Jeju Island
Kwangmin dan seorang yeoja yang sangat cantik dengan rambut pendeknya sedang berjalan-jalan. Hari ini di sepanjang jalan di Jeju sedang ramai, sebuah festival sedang berlangsung.
Mereka berdua saling tertawa dan bergandengan tangan. Berhubung mereka sedang libur sekolah, jadi mereka pergi ke pulau Jeju untuk berlibur bersama.
“Oppa.. aku mau kimbab.” Kata Melanie sambil menunjuk sebuah kedai kimbab.
“Kajja..” ajak Kwangmin sambil menyeret tangan yeoja itu dan mereka membeli beberapa kimbab.
Melanie  adalah yeojachingu Kwangmin sekarang, ia bersekolah di tempat yang berbeda dengan Kwangmin. Ibu Melanie adalah orang Korea sedangkan ayahnya keturunan Itali dan Jerman. Mereka bertemu sekitar 2 bulan yang lalu di sebuah acara yang di selenggarakan disekolahannya Melanie, dan saat itu Kwangmin menjadi partisipan di situ.
Mereka makan kimbab sambil menyelusuri sepanjang jalan. Sesekali mereka saling menyuapi satu sama lain dan akhirnya mereka sampai di sebuah taman.
Di taman itu banyak anak kecil sedang bermain sambil berlarian. Kwangmin mengajak Melanie duduk di salah satu bangku di bawah pohon sambil masih saling menyuapi kimbab.
Ketika mereka sedang asyik bercanda dan tertawa, seorang yeoja menepuk pundak Kwangmin dan ia menoleh melihat siapa yang menepuk pundaknya.
“Yooyoung-aa..”kata Kwangmin sambil tersenyum. “Anyeong oppa..” sapa Yooyoung sambil tersenyum dan menggandeng seorang namja.
“Apa kabar, Kwangmin-aa?” tanya namja itu, Aron.
“Baik. Kau bagaimana? Kalian berdua terlihat serasi tahu.” Goda Kwangmin.
Wajah Yooyoung memerah dan Aron jadi salah tingkah. “Mwoyaa...” kata Yooyoung. “Eh, kami mau ke restoran sebelah sana. Katanya Blueberry lava cake di situ enak. Mau ikut?” Ajak Aron.
Kwangmin menatap Melanie. “Kau mau, jagiya?”
“Tentu.. aku suka sekali sama cake.” Ia bangkit bersama Kwangmin lalu mereka berempat berjalan bersamaan ke restoran itu.
Mereka tertawa-tawa dan saling bercanda. Tidak sekalipun Kwangmin atau Yooyoung mengungkit masa lalu mereka. Yang ada di pikiran mereka adalah untuk menghadapi masa depan mereka yang sangat indah. Mereka berdua, terutama Kwangmin, tidak ingin yang terjadi pada mereka terulang lagi. Hanya untuk sekali saja hati mereka hancur dan sekarang sudah mulai utuh seperti dulu dan sudah ada seseorang baru yang mengisi hati mereka masing-masing
Kebahagian menyelimuti mereka. Mencoba untuk menjauhi kesedihan. Sekarang masing-masing dari mereka harus memperjuangkan apa yang sedang mereka bangun kembali.
-The End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[Oneshoot/T] Baby, I’m sorry


Tittle: Baby, I’m sorry
Author: BlackPearl
Rating: T / Straight
Cast: Jo Kwangmin (Boyfriend), Lee Yoo Young/Yooyoung (Hello Venus), Jo Youngmin (Boyfriend), No Minwoo (Boyfriend), Tia Cuevas (Chocolat), Aaron Kwak (Nu’Est), Melanie Lee (Chocolat)
Genre: Hurt/comfort, Angst, Romance
Lenght: Oneshoot
Disclaimer: Semua nama yang ada di sini digunakan tanpa ijin sang pemilik yang asli. Cerita ini di buat murni dari imajinasiku yang rada error dan ekstrem. Maaf kalo alurnya kecepetan, nggak sesuai sama keingin readers, bingungin (karena author juga bingung) dan ada banyak typo. Please not bashing! 1st published on cloudblackpearl.wordpress.com. Happy reading ^^

 ----------------------------------------------

Angin musim panas berhembus kencang dan membuat rambut ikal berwarna coklat yang panjang seorang yeoja terbawa angin. Ia duduk di sebuah bangku yang terbuat dari kayu di bawah sebuah pohon bersama seorang namja yang tengah duduk di sebelah yeoja itu.
Suasana di antara mereka berubah menjadi canggung, biasanya mereka sangat ceria dan bahagia. Tapi hari ini suasana menjadi sangat canggung.
“Oppa yakin ingin semua ini berakhir seperti ini?” Tanya Yooyoung dengan mata berkaca-kaca. “Kau ingin melupakan semua yang pernah kita lalui? Melupakan semua janjimu?”
“Mianhae, Yooyoung-aa.” Kata Kwangmin pelan. “Aku sedang ingin sendiri. Mianhae kalau ini membuatmu terluka. Tapi aku nggak punya pilihan. Aku ingin sendiri dulu untuk sekarang, Yooyoung-aa”
“Aku nggak percaya oppa memberi alasan yang nggak masuk akal kayak gitu.” Tegas Yooyoung, berusaha untuk tegar. “Oppa ingin sendiri? Geojismal!”
Kwangmin menatap Yooyoung dengan sendu. “Mianhae.. jeongmal mianhae. Kita kan masih bisa berteman.”
Yooyoung langsung menatap Kwangmin dengan mata berlinang air mata. “Berteman? Itukah yang kau mau oppa?”
“Eo..” jawab singkat Kwangmin.
Ekspresi Yooyoung tiba-tiba berubah. Senyum kecil terpantri di wajahnya. “Arasseo..”
Tiba-tiba Yooyoung memeluk Kwangmin. “Gomawo untuk selama ini” ia mengeratkan pelukkannya di leher Kwangmin seakan-akan tidak ingin lepas.
Kwangmin yang merasakan pelukkan dari Yooyoung mengerat, ia membalas pelukkan itu sambil membelai rambut panjang yeoja itu. “Cheonmaneyo, Yooyoung-aa.”
***
Esoknya Kwangmin berangkat ke sekolah seperti biasa bersama Youngmin, kakak kembarnya. Wajah Kwangmin mengisyaratkan kesedihan yang mendalam.
“Waeyo?” tanya Youngmin ketika melihat raut wajah Kwangmin.
Kwangmin langsung tersadar dan menoleh kearah Youngmin. “Aniyo...”
“Geojismal hajima! Aku tahu ada yang nggak beres.” ujar Youngmin
Kwangmin hanya menghela napas dan ia menceritakan kalau dia dan Yooyoung sudah putus. Youngmin terkejut mendengarnya. Bagaimana tidak, ia tahu kalau adiknya ini sangat mencintai Yooyoung tapi sekarang malah dia melepaskan yeoja itu.
“YA! Nan baboya!” ujar Youngmin begitu ia selesai mendengar ceritanya Kwangmin. “Bagaimana bisa kau melepaskannya begitu aja?”
“Aku ingin sendiri, hyeong.”
Youngmin hanya menggeleng-geleng kepalanya. “Alasanmu nggak masuk akal.”
“Sarangeun ihaegadoeji anhneun (Cinta memang nggak masuk akal)" bisik Kwangmin.
Begitu mereka sampai di sekolah, semua orang di sekitar lorong menuju kelas Kwangmin dan Youngmin menatap kearah Kwangmin sambil berbisik-bisik.
“Oppa.. kau sudah putus dengan Yooyoung eonni?” tanya Tia Cuevas yang di ketahui kalau dia sangat menggilai Kwangmin.
Sementara Kwangmin hanya diam sambil menatap bingung. Bagaimana berita itu bisa cepat tersebar?
Sedetik kemudian ia baru sadar. Ternyata reputasinya di sekolah benar-benar tinggi. Ia tidak kaget lagi kalau berita seperti ini bisa cepat menyebar.
Karena prestasi Kwangmin dan Youngmin di basket dan itu membuat mereka terkenal di sekolahnya. Bahkan di sekolah mereka, mereka seperti artis. Jadi berita seperti ini pasti cepat menyebar. Apalagi wajah mereka juga sangat tampan.
“Ne.. waeyo?” tanya Kwangmin berusaha untuk santai.
Senyum manja terlukis di wajah Tia. “Ah, kalau gitu aku bisa dong jadi yeojachingu-nya oppa?” tanyanya penuh kepercayaan diri.
“In your dreams” Lalu Kwangmin meninggalkan Tia dan teman-temannya lalu di susul Youngmin mengekor di belakang Kwangmin, Youngmin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Begitu masuk ke kelas, ia mendapati Yooyoung sedang duduk di kursinya di sebelah jendela. Yooyoung sedang menghadap keluar jendela. Padahal biasanya ia pasti sedang nimbrung bersama teman-temannya.
Kwangmin berjalan menuju bangkunya yang ada di belakang sendiri, agak jauh dari tempat Yooyoung. Ia meletakkan tasnya di meja lalu meletakkan kepalanya di atas tas sambil menutupi wajahnya dengan tangan.
“Ada apa denganmu, hyeong?” tanya Minwoo, sahabatnya Kwangmin dan tim satu basket dengannya.
Tapi Kwangmin tidak menjawab dan tetap diam. Minwoo langsung mengalihkan pandangan kearah Youngmin dengan tatapan bertanya.
“Mereka putus.” Ucap Youngmin tanpa mengeluarkan suara, hanya bibirnya yang bergerak.
“Omo! Jinja?!” pekik Minwoo.
Youngmin mengangguk. “Emangnya kamu nggak denger apa beritanya? Udah nyebar di sekolah tahu.”
Minwo hanya menggeleng. “Dasar kamu tu!” gerutu Youngmin.
Bel dering dan semua murid langsung duduk di tempat mereka masing-masing ketika Park seonsaengnim masuk ke kelas.
Selama pelajaran, Kwangmin nggak bisa konsentrasi sama pelajaran. Pikirannya terus melayang ke Yooyoung. Apa bener cara ini yang terbaik untuk aku sama dia? Kenapa aku masih mikirin dia? Bukannya aku harus move on? Dan bagaimana bisa kemarin aku minta dia untuk putus? Argh!
Ketika Kwangmin mengacak-acak rambutnya, tiba-tiba sebuah penghapus mendarat di kepalanya.
“Jo Kwangmin! Apa yang kau lakukan sampai mengacak-acak rambutmu?!” tanya Park seonsaengnim dengan galak.
Kwangmin yang sadar langsung menatap Park seonsaengnim. “Ani.. saya hanya sedang... emm.. olahraga. Iya. Sedang olahraga” Ia langsung memiringkan kepalanya dengan tangannya.
Kontan seluruh kelas tertawa kecuali seorang yeoja. Yooyoung. Ia tahu apa yang sedang terjadi pada Kwangmin. Tiba-tiba ia merasa khawatir dengan Kwangmin.
Yooyoung langsung menggeleng kepala. Tidak, aku dan dia sekarang hanya berteman. Nggak lebih.
***
Beberapa hari ini Kwangmin bertingkah aneh. Ketika di sekolah, ia dekat dengan banyak yeoja. Beberapa kali ia mengajak seorang yeoja untuk pergi bersamanya. Padahal sebelumnya ia tidak pernah bertingkah seperti ini, bahkan sebelum menjadi namjachingu-nya Yooyoung.
Ia suka sekali merayu yeoja-yeoja yang ada di dekatnya sehingga membuat Youngmin dan Minwoo bingung dengan sikapnya.
Yooyoung yang mengetahui itu hanya diam karena ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena ia sudah bukan siapa-siapanya Kwangmin lagi. Mereka hanya berteman.
Sesekali Yooyoung merasa cemburu, tapi di lain sisi ia harus mengingat kalau di antara mereka hanya berteman.
Kadang-kadang ini membuat Yooyoung gila. Argh! kenapa untuk move on itu susah banget sih? Runtuknya dalam hati.
“Hey..” sapa seorang namja yang membuat lamunannya buyar. Yooyoung menoleh dan mendapati seorang namja berdiri dengan tegap sambil tersenyum. Yooyoung membalas senyumnya.
***
Malam ini Kwangmin belajar di kamarnya. Tapi pikirannya nggak bisa ke buku yang sedang ia baca. Sesekali ia melirik sebuah foto yang terpampang di meja belajarnya
“Bogoshipeoyo..” bisiknya sambil menyentuh foto Yooyoung.
Lalu ia berdiri dan keluar dari kamarnya. Ia berjalan ke depan sebuah pintu yang bertuliskan ‘Youngmin’s room’ di depan pintu itu.
Ia mengetuk beberapa kali lalu membukanya. “Hyeong, lagi sibuk nggak?”
Youngmin yang sedang tiduran di kasur sambil membaca komik langsung menoleh. “Aniya.. waeyo?”
Kwangmin masuk lalu menutup pintu dan ia langsung duduk di kursi meja belajar milik Youngmin. “Hyeong.. kau tahu biasanya malam-malam seperti ini aku pasti lagi telpon-telponan sama Yooyoung deh. Dan kalau di telpon ia bisa sangat manja, tapi di kenyataannya dia nggak manja sama sekali. Malah galak.” Ia tertawa miris.
Sementara Youngmin langsung duduk di pinggir kasur sambil mengerutkan dahinya ketika mendengar cerita Kwangmin tentang Yooyoung lagi.
Sejak beberapa malam yang lalu, Kwangmin pasti masuk ke dalam kamar Youngmin lalu bercerita tentang Yooyoung. Tapi pasti di akhir cerita ia akan menangis dan menyesal karena putus dengan yeoja itu. Youngmin hanya bisa mendengarkan setiap cerita itu. Ia merasa kasihan terhadap adiknya. Padahal yang minta putus adalah Kwangmin sendiri tapi sekarang dia malah jadi seperti ini.
Dari awal Youngmin sudah berpikir alasan Kwangmin untuk putus emang nggak logis. Ia sangat tahu kalau Kwangmin sangat mencintai yeoja itu dan rela melakukan apa aja untuk yeoja itu.
Dan tebakkan Youngmin benar, sekarang Kwangmin menangis. “Hyeong.. aku merindukannya. Aku nyesel udah minta putus sama dia. Aku memang babo, bisa-bisanya minta putus dengannya dengan alasan aku ingin sendiri. Aku nggak tahu bagaimana bisa aku berkata seperti itu. Aku benar-benar nyesel sekarang.”
Youngmin langsung menghampiri Kwangmin lalu menampar pipinya. Kwangmin kaget langsung menatap Youngmin sambil memegangi pipinya yang memerah.
“Babo! Kamu itu masih mencintainya, tapi dengan alasan yang nggak masuk akal kamu malah melepaskannya. Dan sekarang kamu menangisinya. Maksudmu gimana sih?!” teriak Youngmin.
Kwangmin hanya menatapnya dengan air mata masih mengenang di pelupuk matanya. “Aku memang bodoh melepaskannya dan sekarang aku nyesel. Tapi aku nggak tahu kenapa aku melakukan itu. Aku udah ngelakuin banyak hal biar aku bisa melupakannya, aku mendekati banyak yeoja dan sering bepergian dengan yeoja-yeoja itu. Tapi aku tetap nggak bisa melupakannya. Call me a stupid man!”
Desahan napas keluar dari mulut Youngmin. “Sekarang kamu mau gimana? Kamu nggak bisa kembali sama dia sekarang. Kau tahu itu kan tentang gosip yang beredar.”
“Aku tahu. Sekarang dia lagi deket sama Aron sunbae.” Kwangmin mendesah. “Semua udah terlambat untukku. Aku nggak bisa berbuat apa-apa lagi untuk mendapatkannya lagi.”
“Dari dulu aku masih mikir alasanmu putus dengannya itu nggak logis.” Komentar Youngmin. “Satu-satunya cara ya kamu harus move on.”
“Susah..” erang Kwangmin dengan mata masih berkaca-kaca.
“Sesusah apa pun pasti bisa kalau emang kamu punya ke inginan.” Kata Youngmin memberi nasihat sambil mengacak-acak rambut adiknya lalu keluar dari kamar.
3 bulan kemudian
Jeju Island
Kwangmin dan seorang yeoja yang sangat cantik dengan rambut pendeknya sedang berjalan-jalan. Hari ini di sepanjang jalan di Jeju sedang ramai, sebuah festival sedang berlangsung.
Mereka berdua saling tertawa dan bergandengan tangan. Berhubung mereka sedang libur sekolah, jadi mereka pergi ke pulau Jeju untuk berlibur bersama.
“Oppa.. aku mau kimbab.” Kata Melanie sambil menunjuk sebuah kedai kimbab.
“Kajja..” ajak Kwangmin sambil menyeret tangan yeoja itu dan mereka membeli beberapa kimbab.
Melanie  adalah yeojachingu Kwangmin sekarang, ia bersekolah di tempat yang berbeda dengan Kwangmin. Ibu Melanie adalah orang Korea sedangkan ayahnya keturunan Itali dan Jerman. Mereka bertemu sekitar 2 bulan yang lalu di sebuah acara yang di selenggarakan disekolahannya Melanie, dan saat itu Kwangmin menjadi partisipan di situ.
Mereka makan kimbab sambil menyelusuri sepanjang jalan. Sesekali mereka saling menyuapi satu sama lain dan akhirnya mereka sampai di sebuah taman.
Di taman itu banyak anak kecil sedang bermain sambil berlarian. Kwangmin mengajak Melanie duduk di salah satu bangku di bawah pohon sambil masih saling menyuapi kimbab.
Ketika mereka sedang asyik bercanda dan tertawa, seorang yeoja menepuk pundak Kwangmin dan ia menoleh melihat siapa yang menepuk pundaknya.
“Yooyoung-aa..”kata Kwangmin sambil tersenyum. “Anyeong oppa..” sapa Yooyoung sambil tersenyum dan menggandeng seorang namja.
“Apa kabar, Kwangmin-aa?” tanya namja itu, Aron.
“Baik. Kau bagaimana? Kalian berdua terlihat serasi tahu.” Goda Kwangmin.
Wajah Yooyoung memerah dan Aron jadi salah tingkah. “Mwoyaa...” kata Yooyoung. “Eh, kami mau ke restoran sebelah sana. Katanya Blueberry lava cake di situ enak. Mau ikut?” Ajak Aron.
Kwangmin menatap Melanie. “Kau mau, jagiya?”
“Tentu.. aku suka sekali sama cake.” Ia bangkit bersama Kwangmin lalu mereka berempat berjalan bersamaan ke restoran itu.
Mereka tertawa-tawa dan saling bercanda. Tidak sekalipun Kwangmin atau Yooyoung mengungkit masa lalu mereka. Yang ada di pikiran mereka adalah untuk menghadapi masa depan mereka yang sangat indah. Mereka berdua, terutama Kwangmin, tidak ingin yang terjadi pada mereka terulang lagi. Hanya untuk sekali saja hati mereka hancur dan sekarang sudah mulai utuh seperti dulu dan sudah ada seseorang baru yang mengisi hati mereka masing-masing
Kebahagian menyelimuti mereka. Mencoba untuk menjauhi kesedihan. Sekarang masing-masing dari mereka harus memperjuangkan apa yang sedang mereka bangun kembali.
-The End-